Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Partai Masyumi Bubar?

Kompas.com - 30/10/2023, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Partai Masyumi dibentuk pada 24 Oktober 1943 oleh Jepang yang sedang terlibat dalam Perang Pasifik.

Pada masa Demokrasi Liberal, Masyumi menjadi partai politik terbesar di Indonesia, sebelum bubar pada 13 September 1960.

Mengapa Partai Masyumi dibubarkan?

Baca juga: PRRI: Latar Belakang, Tuntutan, Anggota, Penumpasan, dan Dampaknya

Diduga mendukung PRRI

Salah satu alasan Partai Masyumi dibubarkan adalah karena diduga mendukung pemberontakan PRRI.

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) adalah gerakan pertentangan antara pemerintah RI dan daerah.

PRRI muncul karena ketidakpuasan di daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat saat itu.

Para pimpinan Masyumi yang diduga terlibat dalam PRRI adalah Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Burhanuddin Harahap

Sebab, ketiga tokoh ini kerap mengkritisi pemikiran Presiden Soekarno.

Adapun kritikan yang disampaikan oleh para anggota Masyumi kepada Soekarno juga didasari oleh perbedaan dasar pemikiran yang mereka miliki.

Disebutkan bahwa dasar pemikiran Natsir adalah untuk memadukan antara tradisi khilafah awal yang menekankan pada musyawarah dan sistem pemilihan yang demokratis dengan pemikiran barat yang mengedepankan demokrasi.

Sementara itu, Soekarno menghendaki sistem demokrasi terpimpin.

Pemikiran Natsir ini pun bentrok dengan pemikiran Soekarno.

Alhasil, Partai Masyumi acap kali mengkritisi dan menentang gagasan sekaligus kebijaksanaan Soekarno.

Karena keterlibatan ketiga tokoh Masyumi, yaitu Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Burhanuddin Harahap, Masyumi secara kelembagaan dituding terlibat dalam pemberontakan PRRI.

Dugaan mengenai keterlibatan Masyumi dalam pemberontakan PRRI semakin bertambah setelah Masyumi menolak untuk mengutuk gerakan revolusioner itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com