KOMPAS.com - Kerajaan Tidore merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang paling berkembang di Kepulauan Maluku.
Sebagaimana halnya Kerajaan Ternate, pengaruh Kerajaan Tidore mencakup Kepulauan Maluku dan menjangkau sebagian wilayah Papua.
Kerajaan Tidore, yang mulanya belum bercorak Islam, menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada sekitar awal abad ke-16.
Kerajaan Tidore mencapai masa keemasan pada sekitar abad ke-18, pada periode kekuasaan Sultan Nuku (1779-1805).
Lantas, apa peninggalan dari Kerajaan Tidore?
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Tidore
Istana Kerajaan Tidore disebut juga Kadato Kie atau Kedaton Tidore.
Istana ini berdiri di Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Sesuai namanya, istana ini merupakan tempat tinggal sekaligus tempat bagi Sultan Tidore menjalankan pemerintahannya.
Istana Kerajaan Tidore pertama kali dibangun pada tahun 1811, di masa pemerintahan Sultan Muhammad Tahir (1810-1821).
Pada 1912, istana ini sempat runtuh akibat gejolak internal kerajaan, yang diperburuk oleh campur tangan Belanda.
Istana Kerajaan Tidore baru dibangun kembali pada sekitar tahun 2000.
Setelah sepuluh tahun, pembangunan akhirnya selesai dan istana ini mulai ditempati.
Istana Kerajaan Tidore dibangun seperti sedia kala, dengan gaya bangunan khas Melayu.
Baca juga: Kerajaan Tidore: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Melansir laman Kemdikbud, Masjid Sultan Tidore dibangun pada tahun 1700.
Masjid ini awalnya dibangun dengan konstruksi kayu, batu, pasir dan kapur, dengan atap dari alang-alang dan daun sagu.