KOMPAS.com - Homo floresiensis atau lebih populer disebut sebagai "Hobbit" adalah manusia purba berukuran kerdil.
Homo floresiensis ditemukan pada 2003 di Gua Liang Bua di Flores.
Bagaimana sejarah penemuan manusia kerdil tersebut dan mengapa kerangkanya hanya ditemukan di Indonesia.
Baca juga: Kenapa Homo Floresiensis Disebut juga Manusia Kerdil?
Pada 2003, sebuah penemuan monumental mengubah paradigma arkeologi manusia purba di Indonesia.
Pada tahun tersebut, kerangka manusia kerdil ditemukan dalam ekspedisi yang dipimpin oleh arkeolog Mike Morwood.
Ekspedisi itu bahkan menemukan lebih dari 100 fosil Homo floresiensis di Liang Bua.
Termasuk di antaranya adalah sebagian kerangka dari seekor betina yang disebut sebagai Liang Bua 1 atau LB1, bersama dengan pecahan fosil dari setidaknya 13 individu.
Spesies ini kemudian dikenal sebagai Homo floresiensis atau lebih populer dengan sebutan "Hobbit" yang merujuk pada manusia kerdil.
Belum jelas kapan tepatnya Homo floresiensis muncul di Flores, tetapi fosil tertuanya setidaknya berusia 100.000 tahun.
Ketika Homo floresiensis ditemukan pertama kali, para peneliti memperkirakan kerangka tersebut baru berusia kurang dari 20.000 tahun.
Namun, usia kerangka kemudian direvisi menjadi sekitar 60.000 tahun.
Adapun kemunculan terakhir Homo floresiensis diperkirakan sekitar 50.000 tahun lalu berdasarkan penelitian terhadap perkakas batu yang mereka gunakan.
Hingga saat ini, tidak ada sisa-sisa manusia modern yang ditemukan di wilayah itu sejak 50.000 tahun lalu. Artinya, Homo floresiensis telah punah secara fisik sebelum manusia modern muncul di wilayah tersebut.
Baca juga: Manusia Kerdil di Flores Bukan karena Malnutrisi
Homo floresiensis dikenal sebagai 'hobbit' karena tingginya hanya sekitar 1,05 meter.
Saat pertama kali ditemukan, para arkeolog mengira bahwa kerangka terebut merupakan anak dari manusia modern, tetapi analisis lebih lanjut menunjukkan ciri-ciri yang tidak biasa.