Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menjadi Sukarelawan Membahagiakan

Kompas.com - 28/08/2023, 09:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Bonar Hutapea dan Widya Risnawaty*

Volunteers don’t get paid, not because they’re worthless, but because they’re priceless.” - Sherry Anderson

KERJA sukarela, tanpa gaji atau honor yang cukup? Bagaimana bisa, memangnya tidak butuh biaya hidup? Apa yang didapat?”

Sederet pertanyaan di atas dan pertanyaan senada lainnya seringkali diajukan kepada seorang relawan penuh (full time volunteer) dan tanpa bayaran (unpaid volunteer).

Seperti yang terungkap dalam obrolan ringan dan santai di sela-sela kegiatan “pengembangan kapasitas relawan sebagai guru nonformal” yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tarumanagara bersama lembaga mitra Yayasan Budaya Mandiri, beberapa waktu lalu.

Para relawan berbagi pengalaman, suka dan duka, menjadi guru untuk kaum marjinal. Salah satu yang terasa sebagai pengalaman tak menyenangkan adalah penentangan keras dari keluarga, selain dicecar berbagai pertanyaan tadi.

Sulitkah memahami mengapa ada orang yang mengabdikan hidupnya menjadi relawan semacam itu, termasuk sebagai relawan pengajar?

Tak hanya orang awam, menurut Wilson dalam artikel Annual Review of Sociology, sejak lama para ahli dan ilmuwan juga skeptis tentang adanya dorongan yang dianggap mengilhami kesukarelawanan.

Namun, dari obrolan bersama para relawan tadi didapatkan pemahaman bahwa menjadi relawan itu membahagiakan.

Sejumlah penelitian sebelumnya pada beberapa negara, kurang lebih menemukan hal yang sama beserta dampak positif lainnya.

Misalnya, penelitian di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) yang dipublikasikan pada Comprehensive Results in Social Psychology tahun 2017 oleh Whillans dan kawan-kawan, menemukan peningkatan kebahagiaan subyektif para sukarelawan calon guru dalam pembelajaran layanan masyarakat.

Demikian pula, artikel hasil penelitian Chen dan kawan-kawan di Taiwan yang dipublikasikan pada Hitotsubashi Journal of Economics 2014, menyimpulkan adanya dampak positif kesukarelawanan yang nyata bagi kepuasan hidup.

Mengapa demikian? Dari berbagai penelitian dan melibatkan ragam partisipan ditemukan kesukarelawanan memberikan kepuasan.

Sejumlah alasan yang dikemukakan antara lain waktu senggang menjadi sangat bermanfaat, puas dalam relasi dan bertambahnya teman, meningkatnya harga diri dan optimisme.

Selain itu, hidup lebih bermakna dan terkendali, meningkatnya kesehatan fisik, menurunnya stres serta teralihkannya perhatian dari pengalaman hidup sulit dan emosi negatif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com