KOMPAS.com - Manusia purba hidup di zaman praaksara dengan segala keterbatasannya.
Awalnya, manusia purba hidup dengan berpindah-pindah tempat atau nomaden.
Pada perkembangan selanjutnya, mereka mulai bertempat tinggal, tetapi hanya sementara.
Manusia purba juga memasuki fase bertempat tinggal sementara, misalnya di gua. Mengapa demikian?
Baca juga: Alasan Manusia Purba Memilih Gua sebagai Tempat Tinggalnya
Cara hidup manusia purba dipengaruhi oleh faktor alam, seperti iklim, kesuburan tanah, dan keadaan fauna.
Dalam hidup yang bergantung sepenuhnya pada alam lingkungan, pada perkembangannya manusia purba mulai menunjukkan keinginan untuk bertempat tinggal.
Karena teknologi yang dikuasai masih sangat terbatas dan belum mampu mendirikan tempat tinggal atau rumah, tinggal di gua alam menjadi pilihan.
Akan tetapi, mereka tidak tinggal di gua secara permanen, alias hanya sementara saja.
Penyebab manusia purba juga memasuki fase bertempat tinggal sementara, misalnya di gua, adalah mereka harus berpindah apabila persediaan makanan disekitar tempat tinggalnya telah habis.
Baca juga: Alasan Manusia Purba Memilih Tinggal di Tepi Pantai
Alasan manusia purba memilih gua sebagai tempat tinggalnya adalah untuk menghindari cuaca buruk, seperti hujan dan badai.
Dengan tinggal di gua, mereka dapat terlindung ketika cuaca sangat panas ataupun hujan dan berangin.
Pemilihan gua biasanya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kondisi di sekitar yang tidak terlalu lembap dan dekat dengan sumber air, serta faktor ketersediaan sumber makanan.
Selain gua, manusia purba juga memanfaatkan bentukan alam seperti lembah sungai dan kawasan karst pantai, sebagai tempat tinggal sementara mereka.
Salah satu hal yang membuktikan manusia purba memasuki fase bertempat tinggal sementara di gua adalah adanya lukisan pada dinding gua.
Baca juga: Fungsi Lukisan pada Zaman Prasejarah
Selama bertempat tinggal di gua, selain membuat peralatan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, manusia purba juga melukiskan sesuatu di dinding.
Lukisan di dinding gua dapat berupa pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup mereka.
Lukisan tersebut dibuat dengan cara menggores pada dinding atau menggunakan cat berwarna.
Salah satu contohnya adalah lukisan babi rusa di dinding Gua PattaE, Maros, Sulawesi Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.