Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Manusia Purba Hidup Berpindah-pindah?

Kompas.com - 16/09/2022, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kehidupan manusia yang bersifat nomaden atau berpindah-pindah merupakan ciri utama dari zaman Paleolitikum.

Pada periode ini, manusia purba hidup dalam kelompok-kelompok dengan terus mencari tempat baru untuk ditinggali.

Lantas, kenapa manusia purba hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain?

Baca juga: Nomaden: Sejarah dan Perkembangannya

Alasan manusia purba hidup nomaden

Kehidupan masyarakat Paleolitikum berorientasi pada berburu dan meramu makanan tingkat awal.

Manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan selalu hidup berpindah-pindah atau nomaden karena kemampuan mereka masih sangat terbatas dan hidupnya sangat bergantung pada kondisi alam.

Pada masa ini, manusia purba belum hidup menetap karena tidak punya kemampuan untuk mengolah lahan dan makanan.

Untuk itu, cara hidup nomaden atau dengan berpindah-pindah tempat mengikuti daerah yang banyak menyediakan bahan makanan dan binatang buruan pun menjadi jalan satu-satunya.

Manusia purba memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berburu binatang dan mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dimakan saat itu juga, atau disebut food gathering.

Daerah-daerah yang diduduki manusia purba harus menyediakan air dan bahan makanan seperti binatang buruan.

Tempat-tempat yang dipilih dan paling ideal untuk kehidupan manusia saat itu adalah padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang berdekatan dengan sungai atau danau.

Di tempat seperti itulah, binatang dengan leluasa mencari makan dan melepas dahaga.

Setelah bahan makanan di tempat tersebut habis, manusia purba berpindah mencari tempat lain yang masih banyak tersedia makanan, begitu seterusnya.

Baca juga: Apa itu Food Producing dan Food Gathering?

Di Indonesia, beberapa contoh lokasi yang menunjukkan pola hunian masyarakat nomaden adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong).

Situs-situs tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat nomaden cenderung menghuni lingkungan di pinggir sungai.

Selama menduduki lokasi tersebut, mereka berlindung di bawah pohon-pohon besar atau membuat atap dan sekat untuk beristirahat, yang terbuat dari daun-daunan.

Hal lain yang membuat manusia purba hidup berpindah-pindah tempat pada masa Paleolitikum adalah keadaan alam.

Pasalnya, pada masa itu, manusia purba harus menghindari berbagai bencana yang ditimbulkan oleh alam, misalnya letusan gunung berapi.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com