Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Manusia Purba Jenis Homo Dikatakan Mirip Manusia Modern?

Kompas.com - 15/10/2022, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Penelitian mengenai kehidupan di masa praaksara menghasilkan penemuan beragam jenis manusia purba, salah satunya dari genus Homo.

Manusia purba jenis Homo, yang muncul pada masa Plestosen Akhir, terdiri atas beberapa spesies dan subspesies.

Misalnya seperti Homo Sapiens, Homo Neanderthal, Homo Soloensis, dan sebagainya.

Oleh para ahli, manusia purba jenis Homo dikatakan menyerupai manusia modern. Mengapa demikian?

Baca juga: 3 Manusia Purba Jenis Homo yang Ditemukan di Indonesia

Manusia purba jenis Homo mirip manusia modern?

Homo merupakan manusia purba paling maju dibandingkan dengan jenis lainnya.

Penamaan Homo (manusia) dikarenakan manusia purba ini telah mirip manusia yang hidup pada masa sekarang.

Bahkan Homo sapiens dikategorikan sebagai manusia purba yang sempurna dan disamakan dengan manusia modern dibanding manusia purba yang lain.

Homo sapiens atau manusia cerdas adalah manusia purba yang telah berkembang akibat proses evolusi selama ribuan tahun.

Manusia purba jenis Homo sapiens dikatakan sebagai manusia yang sudah cerdas, dibuktikan dengan kapasitas otaknya yang jauh lebih besar dari manusia purba sebelumnya.

Manusia jenis ini tidak hanya mampu membuat peralatan untuk sehari-hari, tetapi juga telah menggunakan akal dan memiliki sifat seperti manusia modern.

Homo sapiens merupakan spesies yang sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Baca juga: Homo Sapiens: Ciri-ciri, Persebaran, dan Penemuan

Manusia purba jenis homo dikatakan mirip manusia modern juga karena mempunyai ciri-ciri fisik yang lebih progresif dibanding manusia purba lainnya.

Volume tengkoraknya bervariasi antara 1.000-2.000 cc, dengan rata-rata antara 1.350-1.450 cc, sama seperti volume otak manusia modern.

Bagian belakang tengkoraknya membulat dan tinggi otak kecil sudah berkembang lebih jauh.

Otot tengkuk sudah banyak mengalami reduksi karena tidak begitu diperlukan lagi dalam ukuran besar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com