Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Homo Floresiensis Disebut juga Manusia Kerdil?

Kompas.com - 13/09/2021, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Homo floresiensis merupakan manusia dari Flores yang fosilnya pertama kali ditemukan pada 2003.

Penemunya adalah Peter Brown dan Mike J. Moorwood, yang melakukan penggalian di Gua Liang Bua bersama tim ilmuwan Indonesia.

Fosil yang ditemukan kemudian diberi nama Homo floresiensis atau Manusia Liang Bua, sesuai dengan lokasi penemuannya.

Akan tetapi, manusia purba jenis ini juga sering dijuluki sebagai "manusia kerdil" atau Hobbit dari Liang Bua.

Lantas, kenapa Homo floresiensis disebut juga "manusia kerdil"?

Ciri-ciri fisik Homo floresiensis

Alasan manusia purba jenis Homo floresiensis disebut juga dengan “manusia kerdil” adalah karena memiliki tinggi badan kurang dari 100 cm. Bahkan postur tubuh manusia ini yang paling tinggi hanya sekitar 100 cm.

Ketika Peter Brown dan Mike J. Moorwood melakukan penggalian, fosil yang ditemukan berupa tengkorak dengan ukuran mungil.

Mereka memperkirakan bahwa ukuran manusia ini tidak lebih besar dari anak-anak usia lima tahun dengan berat badan sekitar 30 kg.

Berikut ini ciri-ciri fisik Homo floresiensis.

  • Tinggi badan sekitar 100 cm
  • Beratnya sekitar 30 kg
  • Volume otak 380 cc
  • Tengkorak berukuran kecil dan memanjang
  • Bagian dahi tidak menonjol dan sempit

Baca juga: Homo Floresiensis: Penemu, Ciri-ciri, dan Kontroversi

Mengapa tubuhnya kerdil?

Tim ilmuwan yang meneliti menganggap Homo floresiensis sebagai keturunan spesies Homo erectus yang hidup di Asia Tenggara sekitar satu juta tahun lalu. Akibat proses seleksi alam, tubuh mereka berevolusi menjadi lebih kecil.

Hipotesis ini didasarkan pada penemuan berbagai peralatan yang biasa digunakan oleh Homo erectus di sekitar fosil Homo floresiensis.

Selain itu, penggalian di Flores juga menemukan fosil gajah purba (stegodon) berukuran kecil.

Penemuan tersebut semakin menguatkan hipotesis para ilmuwan bahwa banyak makhluk hidup di Flores yang menyesuaikan diri dengan habitatnya dengan cara berubah bentuk menjadi lebih kecil.

Sementara itu, Teuku Jacob mengatakan bahwa Homo floresiensis adalah nenek moyang orang-orang Flores yang menderita penyakit microcephalia, yaitu bertengkorak dan berotak kecil.

Penyakit tersebut saat ini juga masih ditemukan pada beberapa penduduk di sekitar Gua Liang Bua.

 

Referensi:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com