KOMPAS.com - Nekara dan moko merupakan dua contoh artefak perunggu hasil budaya masyarakat praaksara.
Nekara berasal dari Zaman Logam atau Perundagian, begitu pula dengan moko.
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Ada juga yang mengatakan bahwa bentuknya seperti dandang terbalik, hanya saja memiliki banyak motif hiasan.
Sedangkan moko adalah suatu tipe lokal dari nekara perunggu yang berukuran kecil.
Nekara dan moko ditemukan di beberapa wilayah Indonesia. Moko secara khusus banyak ditemukan di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Lantas, apa fungsi dari nekara dan moko?
Baca juga: Nekara: Fungsi dan Jenisnya
Nekara merupakan unsur penting dari Zaman Logam di Indonesia karena sebarannya sangat luas.
Di Indonesia, nekara ditemukan di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Pulau Kalimantan, Pulau Selayar, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Nekara terbuat dari perunggu. Nekara perunggu yang ditemukan di Indonesia ada dua tipe, yakni tipe Pejeng dan Heger.
Tipe Pejeng berasal dari Indonesia asli, sedangkan tipe Heger berasal dari Asia.
Melansir laman Kemdikbud, fungsi nekara secara umum yaitu:
Baca juga: Moko, Maskawin Manusia Prasejarah
Moko adalah nekara berukuran kecil yang terbuat dari logam campuran, biasanya kuningan dan timah.
Tinggi rata-rata moko hanya sekitar 40-60 sentimeter dengan diameter 32 sentimeter.
Moko ditemukan di Alor, Nusa Tenggara Timur. Bahkan Alor berjuluk "Pulau Seribu Moko".
Moko memiliki berbagai macam pola hias, yang dapat memengaruhi nilainya.
Beberapa fungsi moko di antaranya:
Referensi: