Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Situs Mangaledang di Kawasan Percandian Padang Lawas

Kompas.com - 06/07/2023, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Situs Mangaledang merupakan salah satu warisan bersejarah dari masa Hindu-Buddha yang masuk dalam Kawasan Percandian Padang Lawas.

Secara administratif, situs ini berada di Dusun Tor Na Tambang, Desa Mangaledang Godang, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Situs Mangaledang erat kaitannya dengan situs-situs lain di Kawasan Percandian Padang Lawas, yang diketahui sebagai situs Hindu-Buddha terbesar di Sumatera Utara.

Baca juga: Sejarah Candi Sangkilon yang Dirusak Pemburu Harta Karun

Sejarah Situs Mangaledang

Kompleks Percandian Padang Lawas mencakup beberapa kecamatan dan kabupaten di Sumatera Utara, yang secara keseluruhan memiliki luas 1.500 kilometer persegi.

Penelitian yang dilakukan para ahli mengungkap bahwa situs-situs di kompleks percandian ini dibangun antara abad ke-11 hingga abad ke-14.

Situs Mangaledang atau oleh penduduk setempat disebut Biaro Mangaledang, berupa gundukan tanah setinggi 5 meter dengan ukuran 40 x 30 meter.

Gundukan ini diduga sebaggai Biaro Mangaledang yang dilihat oleh Schnitger pada 1937.

Pada saat itu, Schnitger melihat tiga biaro atau candi dari bata yang masing-masing setinggi satu meter.

Di bagian bawah salah satu biaro tersebut terdapat arca singa.

Baca juga: Nama-Nama Candi di Kompleks Percandian Muaro Jambi

Di area situs Mangaledang juga didapatkan temuan arkeologi berupa stambha dan umpak yang kini sudah dipindahkan ke halaman rumah mantan juru pelihara situs.

Stambha adalah tiang berhias yang merupakan bagian dari candi dan biasanya digunakan untuk menuliskan inskripsi.

Pilar-pilar stambha merupakan simbol religius kerajaan. Di situs ini, terdapat beberapa stambha dengan beragam ukuran.

Stambha situs Mangaledang pada bagian atasnya terdapat untaian mutiara berbentuk guirlande yang merupakan hiasa khas Padang Lawas.

Sedangkan umpak di situs ini belum dapat dipastikan fungsinya, apakah lapik arca atau tempat bertumpu tiang bangunan dari kayu.

Selain stambha dan umpak, di situs Mangaledang juga ditemukan fragmen keramik China dan makam kuno.

Baca juga: Sejarah Candi Kembar Batu di Jambi

Fragmen keramik dan tembikar biasanya mengindikasikan adanya kegiatan manusia atau permukiman.

Akan tetapi, temuan fragmen keramik di sekitar situs Mangaledang belum bisa membuktikan apakah di situs ini dulunya memang ada permukiman.

Pasalnya, lokasi temuan berada sangat dekat dengan Sungai Sirumambe, sehingga sangat mungkin bahwa fragmen tersebut berasal dari daerah lain dan hanyut terbawa arus sungai hingga berakhir di area situs Mangaledang.

 

Referensi:

  • Susetyo, Sukawati. (2006). Permukiman di Lingkungan Biaro (Studi terhadap Biaro Mangaledang, Padang Lawas). AMERTA, 24 (1): 35-41.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com