Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Tugu Pancasila

Kompas.com - 04/07/2023, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAHUN 2020, saya pernah mengambil foto tugu Pancasila yang rusak. Tugu ini terletak di pinggir jalan antar dusun, di antara area persawahan di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tugu Pancasila tersebut tampak rusak. Tugu tidak dicat dan tampak sisa-sisa lumut ada di seluruh permukaan tugu.

Di bawah lambang Pancasila, tampak tulisan 1972, mungkin tahun pembuatan tugu tersebut.

Walaupun terletak di pinggir jalan antardusun, tetapi tugu ini bukan pusat perhatian pengendara. Bahkan banyak warga dusun sekitar yang tidak menyadari keberadaan tugu ini.

Saat ini sawah di belakang tugu telah dibangun menjadi rumah dan cafe yang megah. Akhirnya setelah sekian tahun terbengkalai, oleh pemilik bangunan, tugu Pancasila tersebut diperbaiki dan dicat putih.

Memang lebih bersih, tetapi tetap tidak menjadi pusat perhatian orang yang melintasi jalan tersebut. Orang-orang yang melintas akan lebih mudah memperhatikan rumah – cafe yang megah daripada tugu Pancasila yang kecil.

Pancasila kita bernasib seperti tugu yang saya ceritakan ini. Saya yakin, hampir semua warga negara tahu tentang Pancasila, tetapi Pancasila bukan perhatian utama dalam aktivitas hidup sehari-hari warga negara.

Kita sering melewatkan Pancasila. Pada banyak kehidupan warga negara, banyak hal dilakukan tanpa mempertimbangkan Pancasila.

Indikasi bahwa Pancasila tidak menjadi pertimbangan dalam hidup sehari-hari dapat kita baca di berbagai media massa.

Penyaluran bansos yang tidak tepat sasaran, kasus-kasus korupsi oleh petugas negara, pelarangan sekelompok orang atas pendirian tempat beribadah tertentu, tawuran antarpelajar atau antartetangga, penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat, diskriminasi pada sekelompok warga, serta keberadaan berbagai macam mafia di negeri ini adalah contoh kejadian yang bisa mengindikasikan hal ini.

Sama seperti tugu Pancasila yang dibiarkan terbengkalai dalam waktu lama, banyak dari kita yang juga mengabaikan Pancasila dalam waktu lama.

Banyak dari kita mempelajari Pancasila, tetapi banyak pula dari kita yang tidak mempraktikkan nilai-nilai Pancasila.

Salah satu cara menjelaskan fenomena ini ialah menggunakan teori background (latar belakang) dan foreground (latar depan).

Di psikologi, teori ini terkait pemrosesan informasi oleh seseorang. Background merujuk pada informasi dan pengalaman yang bersifat kurang sadar dan kurang dominan dalam kesadaran seseorang.

Ini mencakup informasi yang tidak kita perhatikan secara langsung atau tidak kita jadikan perhatian saat berinteraksi dengan lingkungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com