Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perebutan Baitul Maqdis dalam Peperangan Salib (1096-1291)

Kompas.com - 13/06/2023, 07:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Yerusalem merupakan sebuah kota yang disucikan oleh umat Islam dan Kristen yang kelak diperebutkan oleh kedua umat tersebut.

Beberapa tahun sebelum pecahnya Perang Salib, Yerusalem adalah kota bebas akses bagi orang Islam dan Kristen.

Pada tahun 1096, Dinasti Saljuk yang kala itu sedang jaya-jayanya menerapkan sebuah kebijakan pelarangan bagi Kristen mengunjungi Yerusalem, bahkan menganiaya umat Kristen.

Berita pelarangan tersebut lambat laun terdengar hingga ke kaum Kristen di Eropa yang mengundang rasa kekesalan kepada Dinasti Seljuk dan lahirlah sebuah gerakan pembebasan.

Gerakan pembebasan yang dikenal dengan Perang Salib ini berlangsung dalam beberapa gelombang sejak 1096-1291 yang berakhir dengan jatuhnya Yerusalem kepada umat Kristiani.

Baca juga: 5 Fakta Menarik Tentang Masjid Al-Aqsa 

Perang Salib I (1096-1144)

Perang Salib I diinisiasi oleh Paus Urbanus II dan Peters Amin yang gencar mengkampanyekan perebutan Yerusalem kepada Keuskupan Agung dna kalangan luas.

Pada musim semi tahun 1096, Eropa telah mengumpulkan pasukan Salib sebanyak 150.000 orang yang mayoritas berasal dari Perancis dan Normandia.

Selama perjalanan, pasukan mereka kian bertambah menjadi 300.000 orang. Namun, upaya mereka gagal karena diserang lebih dulu oleh Hungaria dan Bulgaria yang kemudian diakhiri oleh Seljuk.

Pada tahun 1099, mereka kembali menyerbu dan memusatkan serangan ke Baitul Maqdis, akhirnya Baitul Maqdis haru jatuh ke umat Kristiani dan mendirikan kekuasaan di sana.

Baca juga: Sejarah Perang Salib I (1096-1270)

Perang Salib II (1144-1192)

Pada tahun 1144, Islam dibawah pimpinan Imad al-Din Zanki berupaya merebut kembali Baitul Maqdis dari kekangan umat Kristiani.

Umat Kristiani juga tak berhenti disitu, mereka beberapa kali menyusun lagi rencana merebut ulang Yerusalem dari tangan umat Islam.

Yang terakhir dilancarkan oleh Richard the Lionheart Inggris yang bersekutu dengan Philipp August, (Perancis) dan Barbarossa (Jerman).

Namun, peperangan ini harus berakhir dengan perjanjian damai yang berisi dua poin, yaitu Yerusalem berada di tangan Islam namun Kristen bebas berziarah, dan Kota Akka diberikan kepada Kristiani.

Baca juga: Sejarah Perang Salib II (1144-118)

Perang Salib III (1193-1291): Jatuh Bangun Yerusalem

Pada tahun 1218, Tentara Salib yang telah menduduki Konstantinopel kemudian menyerang Mesir namun hanya sampai di pintu gerbang saja.

Dalam tahun-tahun selanjutnya tepatnya pada 1229, pimpinan pasukan Salib menawarkan perjanjian menukar Dimyat dengan Baitul Maqdis, hal itu akhirnya disetujui Dinasti Ayyubiyah.

Baitul Maqdis selanjutnya di tangan umat Kristiani, namun tidak berselang lama, pada 1247 Baitul Maqdis direbut kembali oleh Islam di bawah pimpinan Malik Ash-Saleh.

Tidak lama pula dari perebutan tersebut, tentara Islam semakin gencar melancarkan berbagai serangan kepada tentara Salib di Timur Tengah.

Akibat serangan bertubi-tubi tersebut, pada 14 Agustus 1291, kekuatan tentara Salib telah lenyap di Timur Tengah dan Baitul Maqdis kembali lagi ke pangkuan umat Islam.

Baca juga: Kenapa Masjid Al-Aqsa Diperebutkan Israel dan Palestina, ini Alasannya

Referensi:

  • Syukur, S. (2014). Perang Salib dalam Bingkai Sejarah. Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 2(01), 50-59.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com