KOMPAS.com - Pada sekitar tahun 615, umat Islam untuk pertama kalinya melakukan hijrah.
Tujuan hijrah pertama umat Muslim adalah Habasyah (sekarang Ethiopia).
Mereka dianjurkan untuk berhijrah karena mengalami intimidasi, teror, penyiksaan, bahkan percobaan pembunuhan dari kaum kafir Quraisy di Mekkah.
Hijrah umat Islam Mekkah (kaum Muhajirin) ke Habasyah tidak hanya dilakukan satu kali, tetapi dua kali. Hijrah ke Habasyah yang kedua terjadi pada tahun 617.
Mengapa kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Habasyah yang kedua? Berikut ini sejarahnya.
Baca juga: Kisah Umat Islam Hijrah ke Habasyah yang Pertama
Kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Habasyah yang kedua setelah kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan.
Bentuk pemboikotan mulai dari larangan berbicara dengan orang Islam, melakukan perkawinan, dan transaksi jual beli.
Nabi Muhammad memerintahkan kaum Muhajirin untuk hijrah ke Habasyah guna menghindari kesempitan hidup dan kesengsaraan.
Hijrah ke Habasyah yang kedua dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Hijrah kali ini diikuti oleh lebih banyak umat Muslim daripada hijrah yang pertama.
Menurut sebuah riwayat, hijrah ke Habasyah tahap dua diikuti oleh 101 umat Islam, yang terdiri atas 83 laki-laki dan 18 perempuan.
Namun ada riwayat lain yang menyatakan bahwa jumlah kaum Muhajirin yang mengikuti hijrah ke Habasyah kedua adalah 102 orang, terdiri dari 83 laki-laki dan 19 perempuan.
Baca juga: Mengapa Kaum Kafir Quraisy Melakukan Pemboikotan terhadap Umat Islam?
Di Habasyah, kaum Muhajirin mendapat perlindungan dari raja setempat, yakni An-Najasyi.
Kaum kafir Quraisy tidak merelakan prang-orang yang berhijrah hidup dengan damai begitu saja.
Mereka mengutus Abdullah bin Abu Rabi'ah dan Amr bin Al-Ash pergi ke Habasyah untuk menemui An-Najasyi.
Utusan tersebut dibekali banyak hadiah dan ditugaskan untuk meyakinkan An-Najasyi agar mau mengusir kaum Muhajirin dari negerinya.