KOMPAS.com - Sendenbu adalah departemen propaganda Jepang yang dibentuk di bawah pemerintahan militer pusat (Gunseikanbu).
Sendenbu dibentuk di Jawa pada Agustus 1942, atau beberapa bulan setelah Indonesia direbut oleh Jepang dari Belanda.
Pemimpin Sendenbu bernama Shimizu Hitoshi, mantan petugas pengamanan tentara Jepang di China Utara.
Sendenbu berperan dalam mengontrol dan membina pers, media massa, televisi, film, serta penerangan umum, sebagaimana halnya Departemen Penerangan, cikal bakal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini.
Baca juga: Hitoshi Shimizu, Ahli Propaganda Jepang yang Membantu Indonesia
Kedatangan Jepang ke Indonesia pada awalnya disambut dengan gembira rakyat Indonesia.
Hal itu karena Jepang dianggap telah membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Harapan yang tinggi dari rakyat Indonesia terhadap Jepang tentu beralasan.
Sejak sebelum mendarat di Indonesia, Jepang telah memulai propagandanya.
Selama beberapa bulan, radio Tokyo telah mendengungkan propaganda bahwa mereka akan membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan Belanda.
Segera setelah mendarat di Indonesia, berbagai bentuk propaganda Jepang semakin digencarkan.
Baca juga: Apa Saja Propaganda yang Dilakukan Jepang di Indonesia?
Beberapa bentuk dari propaganda atau janji-janji yang diberikan bangsa Jepang saat datang ke Indonesia di antaranya:
Setelah berhasil merebut Indonesia dari Belanda pada Maret 1942, Jepang membentuk Sendenbu untuk melanjutkan propagandanya.
Pada awalnya, Sendenbu memiliki lima seksi, yaitu seksi administrasi, seksi berita dan pers, film, propaganda, serta penyiaran.
Pada April 1943, seksi penyiaran menjadi biro independen. Sendenbu tidak hanya dibentuk di pusat, tetapi juga di setiap syu atau keresidenan.
Baca juga: Mengapa Gerakan Tiga A Dianggap Gagal?
Tugas Sendenbu adalah mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk berperang membantu Jepang melawan Sekutu.