Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arti Taktik Kooperatif pada Masa Pergerakan Nasional

Kompas.com - 23/05/2023, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Era pergerakan nasional Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi modern pertama, yaitu Budi Utomo pada 1908.

Setelah Budi Utomo dibentuk, perjuangan rakyat Indonesia yang awalnya fokus menggunakan kekuatan fisik dan senjata, lambat laun berganti menjadi perjuangan melalui strategi modern yang digagas oleh kaum cendekiawan.

Ada dua strategi atau taktik perjuangan yang digunakan oleh organisasi pergerakan nasional, yaitu strategi non-kooperatif dan kooperatif.

Lalu, apa arti taktik kooperatif pada masa pergerakan nasional?

Baca juga: Tokoh-tokoh Perjuangan Kooperatif Masa Pendudukan Jepang

Pengertian taktik kooperatif

Taktik kooperatif adalah perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda.

Pendekatan kooperatif pada masa pemerintahan Hindia Belanda dipilih dengan tujuan untuk menghindari adanya tindak kekerasan yang dapat dilakukan oleh pihak Belanda.

Artinya, dalam upaya menghadapi pemerintah kolonial Hindia Belanda, organisasi pergerakan nasional yang berhaluan kooperatif pada umumnya bersikap moderat (lunak).

Kendati demikian, perubahan taktik ini tidak mengubah tujuan perjuangan bangsa, yakni kesatuan nasional dan kemerdekaan Indonesia.

Pilihan untuk menerapkan taktik kooperatif bukan tanpa suatu alasan.

Para pejuang Indonesia menyadari bahwa bersikap hati-hati terhadap pemerintah kolonial Belanda sangat diperlukan.

Terlebih setelah pemerintah kolonial memberikan sikap tegas terhadap para tokoh dan organisasi pada masa pergerakan nasional yang dianggap menentang kebijakan kolonial.

Baca juga: Pembagian Masa Pergerakan Nasional di Indonesia

Pemerintah kolonial Belanda tidak hanya membatasi organisasi-organisasi pergerakan nasional dalam menyelenggarakan kegiatan berserikat dan berkumpul, tetapi juga kerap menangkap dan mengasingkan para tokoh yang dianggap tidak mendukung kebijakan kolonial.

Contohnya, Soekarno dan tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang ditangkap karena menolak untuk kooperatif dengan pemerintah kolonial.

Adapun beberapa faktor yang mendorong diterapkannya taktik kooperatif yaitu:

  • Krisis ekonomi dunia atau Krisis Malaise yang memuncak pada 1929
  • Belanda membatasi organisasi pergerakan nasional dalam berserikat atau berkumpul
  • Banyak tokoh pergerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda

Contoh perjuangan kooperatif

Beberapa contoh organisasi kooperatif pada masa pergerakan nasional adalah Budi Utomo, Partai Indonesia Raya (Parindra), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), dan Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Baca juga: Fungsi Pers pada Zaman Pergerakan Nasional

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi pemerintah kolonial dengan taktik kooperatif adalah mengirimkan wakil ke Volksraad (Dewan Rakyat) untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

Kepentingan rakyat yang diperjuangkan di antaranya:

  • Perubahan ketatanegaraan
  • Penghapusan perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual dengan cara yang tidak melanggar hukum

 

Referensi:

  • T, Hasnawati. (2020). Persamaan dan Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com