KOMPAS.com – Rampak Beduk merupakan sebuah kesenian khas dari Provinsi Banten yang melibatkan beduk untuk menyambut bulan Ramadhan.
Munculnya kesenian Rampak Beduk merupakan bentuk lain dari perkembangan beduk di Nusantara yang dimulai sejak masa Majapahit, berlanjut ke kerajaan bercorak Islam, hingga zaman modern.
Dalam kesenian Rampak Beduk, pukulan yang dilakukan secara bersama mengandung suatu irama syahdu.
Hadirnya kesenian Rampak Beduk memiliki sejarah dan fungsi tertentu, berikut penjelasannya.
Baca juga: Sejarah Tradisi Haul dalam Masyarakat Islam di Nusantara
Rampak Beduk berasal kata “serempak”, yaitu bebarengan, sehingga kesenian ini dapat diartikan memukul beduk secara bersamaan.
Pemukulan beduk ini tentunya bukanlah memukul secara acak-acakan. Beduk yang dipukul secara bersama ini menghasilkan suatu irama yang syahdu.
Tokoh-tokoh yang merintis kesenian Rampak Beduk adalah Haji Ilen. Kemudian, muncul tiga orang lain, yaitu Burhata, Rahmat, dan Juju, yang turut membumikan Rampak Beduk.
Keempat tokoh ini merupakan pencipta serta perintis kesenian Rampak Beduk yang masih sangat terbatas pada awalnya.
Baca juga: Sejarah Aksara Pegon yang Akrab Dipakai di Pesantren
Kesenian Rampak Beduk secara masif mulai dipentaskan sebagai hiburan pada tahun 1950-an yang dilakukan oleh masyarakat Pandeglang.
Kemudian, kesenian ini semakin dikenal luas oleh masyarakat dan berkembang menjadi suatu ajang pentas yang bersifat kejuaraan.
Rampak Bedug kali pertama dipentaskan sebagai kejuaraan dan pertandingan pada 1960 oleh masyarakat Kecamatan Pandeglang.
Dalam perkembangan lebih lanjut, kesenian ini mulai menyebar dan dikenal oleh masyarakat luas hingga ke Serang.
Menjelang akhir 2002, pelaku kesenian Rampak Beduk telah berkembang sangat pesat dan terdapat puluhan kelompok pemain.
Baca juga: Sejarah Tradisi Haul dalam Masyarakat Islam di Nusantara
Meskipun sifatnya kesenian yang ditujukan sebagai hiburan, Rampak Beduk tetap memiliki fungsi dan nilai di dalamnya.
Kesenian Rampak Beduk yang dilakukan masyarakat Banten, khususnya di Pandeglang, mengandung nilai dan fungsi religi.