Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Peran Strategis Morotai pada Perang Dunia II

Kompas.com - 05/04/2023, 10:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERUS terang saya iri kepada dua pulau di Asia-Pasifik yang telah diangkat oleh para sineas Hollywood ke layar lebar, yaitu Iwojima dan Midway. Keduanya bahkan dua kali masuk layar lebar yaitu pada 1976 dan 2019. Sementara Pulau Morotai di Maluku Utara belum pernah.

Sebenarnya, Morotai memilliki peran strategis pada Perang Dunia II untuk diangkat ke layar lebar. Morotai merupakan titik awal Jendral Flamboyan Douglas MacArthur mewujudkan sumpahnya untuk membebaskan Filipina dari cengkeraman Jepang.

Kini di Morotai berdiri sebuah monumen untuk mengenang keperwiraan Jenderal MacArhur, yang di Filipina juga dielu-elukan sebagai pembebas Filipina dari belenggu imperialisme Kekaisaran Jepang.

Baca juga: 8 Wisata Morotai di Maluku Utara, Telusuri Peninggalan Perang Dunia II

Pertempuran Morotai berawal pada 15 September 1944, ketika tentara Amerika Serikat (AS) dan Australia mendarat di Morotai. Jumlah tentara Sekutu jauh lebih banyak dari Jepang.

Bantuan Jepang mendarat pada Oktober dan November. Namun Jepang kekurangan persediaan senjata dam makanan untuk mampu melawan Sekutu.

Pertempuran terus berlanjut hingga akhir perang, dengan tentara Jepang menderita korban jiwa yang besar karena penyakit dan kelaparan. Beberapa prajurit Jepang di Morotai masih terus bertahan dan menolak menyerah.

Satu di antara tentara Jepang yang terus bertahan di dalam sebuah gua di Morotai adalah Teruo Nakamura, yang baru sudi menyerah pada 18 Desember 1974. Dia tidak tahu bahwa Perang Dunia II sudah berakhir setelah bom atom AS membumi-hanguskan Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.

Nama Nakamura kini diabadikan sebagai nama gua di mana tentara Jepang itu berbunyi selama 30 tahun. Kisah Nakamura pada hakikatnya sudah cukup melayakkan Morotai diangkat ke layar lebar setara Iwojima, Midway, dan Pearl Harbour.

Kini Morotai telah dinobatkan Kemenparekraf Indonesia sebagai destinasi wisata sejarah dan wisata bahari terkemuka di Indonesia.

Satu di antara sekian banyak daya tarik wisata sejarah Perang Dunia II sekaligus wisata bahari Morotai adalah bangkai pesawat Bristol Beauford yang tenggelam di kedalaman 40 meter, di kawasan lautan sebelah selatan Morotai. Keberadaan bangkai pesawat ini menjadi pengantar bagi wisata bahari di Morotai.

Baca juga: Pertempuran Morotai: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir

Kekayaan bawah laut Morotai dengan lebih dari 25 titik penyelaman menyuguhkan keindahan di dalam laut secara tiada tara, seperti Tanjung Wayabula, Dodola Point, Batu Layar Point, Tanjung Sabatai Point, hingga Saminyamau.

Semuanya luar biasa indah, dengan perairan jernih berwarna biru tua. Biota lautnya tak terhingga, hidup di antara terumbu karang yang terawat bersama bekas-bekas kapal perang tenggelam.

Pulau Kokoya di Morotai, Maluku UtaraDok. Kemenparekraf Pulau Kokoya di Morotai, Maluku Utara
Keindahan alam Pulau Morotai sebagai pulau paling utara Indonesia bukan hanya tercermin lewat bawah lautnya saja, tetapi juga di daratannya. Hamparan pasir putih yang luas siap memanjakan mata siapapun yang berkunjung ke sana.

Panorama matahari terbit dan tenggelam menjadi momen paling dinanti oleh para wisatawan. Pulau-pulau kecil di kawasan Morotai sangat indah, di antaranya Pulau Zum-Zum di mana tidak kurang dari Jenderal Douglas MacArthur pernah bermarkas tatkala memimpin Angkatan Bersenjata Sekutu secara lambat tapi pasti berjuang menaklukkan laskar Kekaisaran Jepang.

Morotai berpasir putih dengan lautan berair bening. Namun di antara beningnya air tampak lempengan-lempengan besi berkarat, sisa-sisa Perang Dunia II. Pulau-pulau mungil nan indah surgawi di kawasan Morotai memang pernah menjadi saksi kemelut nerakawi yang dikobarkan oleh Perang Dunia II.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com