Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Degung, Gamelan Khas Sunda

Kompas.com - 31/01/2023, 20:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Degung merupakan gamelan khas Sunda yang diperkirakan muncul pada abad ke-18.

Istilah Degung berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan "agung" (megah) atau "pangagung" (bangsawan).

Dilihat dari asal katanya tersebut, yang dimaksud gamelan Degung adalah kesenian yang ditujukan bagi kemegahan atau keagungan martabat bangsawan.

Salah seorang nayaga Degung Parahyangan bernama E Sutisna menyatakan bahwa pada awalnya gamelan degung memang hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati) dan digunakan sebagai hiburan serta media penyambutan tamu di keraton atau pendopo kabupaten.

Berikut ini sejarah singkat gamelan Degung Sunda.

Baca juga: Sejarah Gamelan, Orkestrasi Harmonisasi Hidup

Muncul pada abad ke-18

Istilah Degung pertama kali muncul pada 1879 dalam kamus susunan HJ Oosting.

Kata Degung yang ditulis De Gong mengandung pengertian penclon-penclon (tonjolan di alat musik bonang) yang digantung.

Gamelan Degung diperkirakan berkembang pada akhir abad ke-18.

Dengan latar belakang sejarah kerajaan-kerajaan Sunda yang terletak di hulu sungai, hal itu membawa pengaruh sendiri terhadap kesenian Degung.

Misalnya lagu-lagunya banyak diwarnai kondisi sungai, seperti lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango.

Kendati demikian, dari mana asal alat musik gamelan Degung tidak dapat dipastikan karena kurangnya sumber sejarah akan hal ini.

Ada pula yang berpendapat bahwa gamelan Sunda Degung lahir di lingkuran pendopo Kabupaten Cianjur.

Baca juga: Nandong Smong, Kesenian Tradisional Simeulue

Pada masa Bupati Cianjur RAA Haji Muharam Wiranatakusumah V (1912-1920), sajian gamelan Degung hanya berupan instrumental, tanpa adanya vokal karena dianggap kurang serius.

Pada 1920, RAA Wiranatakusumah V pindah menjadi Bupati Bandung.

Gamelan Degung yang diberi nama Pamagersari beserta penabuhnya pun ikut pindah ke Bandung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com