Siapakah Firaun yang Terakhir?

KOMPAS.com - Firaun merupakan gelar bagi raja-raja Mesir Kuno.

Para ahli meyakini gelar ini mulai digunakan pada era Kerajaan Baru atau sejak Dinasti ke-18, yang menguasai Mesir Kuno antara tahun 1570 SM hingga 1069 SM.

Kendati demikian, pendiri Dinasti Pertama yang juga diketahui sebagai pemersatu Mesir Kuno pada 3150 SM, yakni Raja Narmer atau Menes, secara umum diakui sebagai Firaun pertama.

Gelar Firaun disematkan kepada sekitar 170 raja yang menguasai Mesir Kuno dalam kurun waktu tiga milenium.

Namun, para ahli dan sejarawan berbeda pendapat terkait siapakah Firaun yang terakhir.

Secara umum, terdapat empat tokoh yang kerap disebut sebagai Firaun terakhir, yakni Nectanebo II, Cleopatra VII, Caesarion, dan Maximinus Daia.

Baca juga: Apa Itu Firaun?

Nectanebo II

Nectanebo II adalah raja Mesir Kuno dari Dinasti ke-30 yang berkuasa antara 358-340 SM.

Ia disebut sebagai Firaun terakhir karena merupakan raja Mesir terakhir yang berasal dari keturunan pribumi Mesir Kuno.

Setelah Nectanebo II dikalahkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia, Mesir Kuno tidak lagi dipimpin oleh orang Mesir asli.

Cleopatra VII dan Caesarion

Kekaisaran Akhemeniyah menguasai Mesir Kuno hingga dikalahkan oleh Aleksander Agung pada 332 SM.

Lewat Aleksander Agung, Mesir Kuno jatuh ke tangan Ptolemeus I Soter.

Pada 305 SM, Ptolemeus I Soter menyatakan dirinya sebagai Firaun dan menandai dimulainya kekuasaan Dinasti Ptolemaik yang bercorak Yunani Kuno di Mesir.

Sejak itu, raja yang menguasai Mesir Kuno disebut Firaun Helenistik, yang secara turun-temurun memerintah hingga dikalahkan oleh Firaun Romawi pada 30 SM.

Firaun Helenistik yang terakhir adalah Cleopatra VII dan putranya, Caesarion.

Gelar Firaun memang tidak sebatas untuk raja-raja Mesir Kuno, tetapi juga digunakan oleh penguasa perempuan atau ratu yang pernah memerintah Mesir Kuno.