KOMPAS.com - Manusia praaksara mulai hidup menetap pada masa bercocok tanam, yang diperkirakan satu periode dengan zaman Neolitikum (Batu Baru).
Pada periode sebelumnya, manusia purba hidup dengan berpindah-pindah tempat atau nomaden dan mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.
Perkembangan dari nomaden menjadi hidup menetap turut membawa perubahan dalam segala aspek kehidupan manusia purba.
Berikut ini ciri-ciri masyarakat prasejarah yang sudah hidup menetap.
Baca juga: Masa Bercocok Tanam di Indonesia
Manusia purba mulai hidup menetap karena mereka telah memiliki kemampuan untuk mengolah makanan sendiri (food producing) dan bercocok tanam.
Masyarakat praaksara tidak perlu lagi hidup nomaden dan mengumpulkan makanan dari alam, karena mereka mampu membuka hutan dan menanaminya dengan sayur atau buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Meski kegiatan berburu tetap dilanjutkan, binatang buruan yang ditangkap mulai dipelihara dan diternak untuk persediaan, bukan hanya dihabiskan langsung.
Ketika mulai hidup menetap, manusia praaksara membangun tempat permanen berupa rumah sederhana.
Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya.
Karena hunian mereka telah menetap, manusia purba membentuk perkampungan kecil.
Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong.
Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.
Baca juga: Masa Bercocok Tanam: Ciri-ciri, Kehidupan, dan Peninggalan
Masyarakat yang hidup menetap telah menerapkan gotong royong dan mengenal sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
Para laki-laki bertugas membangun rumah, sementara kaum perempuan akan merawat dan menghiasnya.
Dalam hal mencari makan, kaum laki-laki bertugas berburu yang hasilnya dibagi bersama.