Pada periode sebelumnya, manusia purba hidup dengan berpindah-pindah tempat atau nomaden dan mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.
Perkembangan dari nomaden menjadi hidup menetap turut membawa perubahan dalam segala aspek kehidupan manusia purba.
Berikut ini ciri-ciri masyarakat prasejarah yang sudah hidup menetap.
Mampu bercocok tanam dan beternak
Manusia purba mulai hidup menetap karena mereka telah memiliki kemampuan untuk mengolah makanan sendiri (food producing) dan bercocok tanam.
Masyarakat praaksara tidak perlu lagi hidup nomaden dan mengumpulkan makanan dari alam, karena mereka mampu membuka hutan dan menanaminya dengan sayur atau buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Meski kegiatan berburu tetap dilanjutkan, binatang buruan yang ditangkap mulai dipelihara dan diternak untuk persediaan, bukan hanya dihabiskan langsung.
Membentuk perkampungan kecil
Ketika mulai hidup menetap, manusia praaksara membangun tempat permanen berupa rumah sederhana.
Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya.
Karena hunian mereka telah menetap, manusia purba membentuk perkampungan kecil.
Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong.
Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.
Mengenal pembagian kerja
Masyarakat yang hidup menetap telah menerapkan gotong royong dan mengenal sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.
Para laki-laki bertugas membangun rumah, sementara kaum perempuan akan merawat dan menghiasnya.
Dalam hal mencari makan, kaum laki-laki bertugas berburu yang hasilnya dibagi bersama.
Sedangkan golongan perempuan bertanggung jawab untuk mengasuh anak dan mengumpulkan makanan yang aman dimakan.
Menggunakan peralatan yang telah diasah
Kemampuan manusia purba yang hidup menetap tergolong maju, dibuktikan dengan kemampuan mereka dalam membuat peralatan sehari-hari yang telah diasah.
Hal itu dapat dilihat dari benda-benda peninggalannya berupa peralatan dari batu dan tulang yang telah diasah.
Alat-alat yang umumnya diasah adalah beliung, kapak batu, mata panah, dan mata tombak.
Mampu membuat pakaian dan gerabah
Dari penemuan berupa alat pemukul kayu, manusia yang hidup menetap diduga sudah mengenal pakaian.
Pakaian mereka terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.
Penyelidikan arkeologi juga membuktikan bahwa tradisi membuat benda-benda gerabah mulai dikenal pada masa ini.
Mengembangkan beragam kesenian
Seni lukis telah dikenal manusia prasejarah sejak mereka masih hidup nomaden.
Ketika mulai hidup menetap, manusia purba memiliki lebih banyak waktu senggang, yang kemudian dimanfaatkan untuk menyalurkan dan mengembangkan jiwa seninya.
Diduga, mereka telah mampu menciptakan nyanyian dan tarian dengan gerakan yang sangat sederhana. Selain itu, masyarakatnya mengenal seni ragam hias dan seni kriya.
Mengenal sistem barter
Sistem pertukaran barang atau barter dikenal ketika manusia mulai hidup menetap.
Barang-barang yang dipertukarkan dalam kegiatan barter pada masa prasejarah berupa hasil bercocok tanam, kerajinan tangan (gerabah, beliung, perhiasan), dan mungkin juga ikan yang telah dikeringkan.
Mengenal sistem kepercayaan
Masyarakat yang hidup menetap telah mengenal kepercayaan akan hal gaib dan orang yang meninggal akan memasuki alam lain.
Oleh karenanya, orang yang meninggal akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari.
Secara umum, sistem kepercayaan yang dikenal pada masa itu dapat dibagi ke dalam dua aliran, yaitu animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda gaib).
https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/22/210000579/ciri-ciri-masyarakat-prasejarah-yang-sudah-hidup-menetap