KOMPAS.com - Kebudayaan yang ada pada zaman Mesolitikum atau Batu Madya tidak jauh berbeda dari masa Paleolitikum atau Batu Tua.
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman Paleolitikum masih terus digunakan pada zaman Mesolitikum, tetapi telah dikembangkan dan lebih maju.
Secara umum, zaman Mesolitikum memiliki tiga corak kebudayaan, yaitu:
Lantas, apa perbedaan antara Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture?
Baca juga: Pebble Culture: Asal-usul dan Persebaran
Pebble Culture adalah artefak litik kerakal (pebble) dengan teknik pemangkasan satu sisi dan meninggalkan sisi lainnya yang masih asli.
Artefak litik yang diserpih memanjang dan patahan mendatar di bagian ujungnya ditajamkan ini disebut sebagai kapak genggam Sumatera atau Sumatralith, dinamai berdasarkan lokasi penemuannya.
Kebudayaan kapak genggam Sumatera atau Pebble Culture banyak ditemukan di tumpukan sampah dapur atau bukit kerang (kjokkenmoddinger) di pantai timur Sumatera bagian utara.
Pebble Culture berasal dari Kebudayaan Bacson-Hoabinh di daerah pedalaman Vietnam.
Dari wilayah itu, kebudayaan ini dibawa ke Nusantara dengan daerah persebaran meliputi Lhokseumawe, Langsa, Binjai, hingga Medan.
Bone Culture merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut alat-alat peninggalan manusia purba yang terbuat dari tulang.
Kebudayaan ini berasal dari Vietnam Selatan, yang kemudian menyebar hingga ke Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
Bone Culture berkembang di daerah gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal atau disebut abris sous roche.
Adapun temuan alat tulang yang terkenal di Jawa adalah artefak dari Gua Lawa di Sampung, yang letaknya sekitar 18 kilometer di sebelah barat laut dari pusat Kota Ponorogo.
Alat-alat tulang yang ditemukan di lokasi ini sangat melimpah dengan berbagai variasi bentuk, hingga akhirnya dikenal dengan nama Sampung Bone Culture.
Produk alat tulang tersebut meliputi lancipan atau sudip, belati dari tanduk, dan beberapa mata kail.
Baca juga: Bone Culture: Pengertian dan Hasil Kebudayaan
Flake Culture adalah kebudayaan alat serpih yang terbuat dari batu berukuran sangat kecil.
Hal ini karena bahan pembuat flake adalah batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam, yang kemudian dibentuk menjadi tajam.
Bahan pembuatannya biasanya dari batu andesit, gamping, dan kalsedon.
Di Indonesia, kebudayaan ini banyak ditemukan di gua-gua di daerah Sulawesi Selatan dan NTT.
Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri
Perbedaan antara Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pebble Culture | Bone Culture | Flake Culture | |
Asal | Vietnam | Vietnam Selatan | Daratan Asia |
Daerah penemuan | Pantai timur Sumatera | Jawa Timur | Sulwesi Selatan dan NTT |
Jalur persebaran | Jalur barat | Jalur barat | Jalur timur |
Lokasi penemuan | Kjokkenmoddinger | Abris sous roche | Abris sous roche |
Bahan pembuatan | Batu kali | Tulang binatang | Batu andesit dan kalsedon |
Fungsi | Alat mencungkil tanah, memecah kulit kerang, memotong dan menguliti binatang buruan | Alat mengorek dan membersihkan kulit umbi-umbian | Alat penusuk dan mengupas makanan |
Referensi: