KOMPAS.com - Kerajaan Kotawaringin adalah salah satu kerajaan bercorak Islam di Kalimantan Tengah yang didirikan pada abad ke-17.
Pendiri Kerajaan Kotawaringin adalah Pangeran Adipati Antakusuma (1673-1696) dari Kesultanan Banjar.
Pada awal berdirinya, ibu kota kerajaan ini berada di Kotawaringin Lama, yang kemudian dipindahkan ke Pangkalan Bun oleh Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841).
Kerajaan Kotawaringin berdiri hingga 1948, ketika secara resmi menjadi bagian dari NKRI.
Baca juga: 7 Peninggalan Kerajaan Banjar
Sejarah berdirinya Kerajaan Kotawaringin bermula dari perebutan kekuasaan di Kesultanan Banjar antara Pangeran Adipati Tuha dan Pangeran Antakusuma.
Perebutan kekuasaaan tersebut dimenangkan oleh Pangeran Adipati Tuha, yang membuat Pangeran Antakusuma menyingkir dari istana.
Setelah meninggalkan Kesultanan Banjar, Pangeran Antakusuma mendirikan Kerajaan Kotawaringin di Kotawaringin Lama pada 1673.
Pangeran Antakusuma menjadi raja pertama Kerajaan Kotawaringin, yang berkuasa hingga 1696.
Dalam membentuk dan menjalankan sistem pemerintahan kerajaan, Pangeran Antakusuma dibantu oleh seorang mangkubumi bernama Kyai Gede.
Namun, pada masa kejayaan Kerajaan Kotawaringin, terdapat kebijakan dari Kesultanan Banjar yang mengakibatkan kerajaan ini diberikan kepada Belanda.
Hal ini dilakukan sebagai kompensasi atas bantuan Belanda kepada Kesultanan Banjar dalam peperangan.
Baca juga: Kesultanan Banjar: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Masa Kejayaan
Ketika kerajaan menjadi protektorat atau wilayah yang dikontrol Belanda, Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841) memindahkan ibu kota kerajaan ke Pangkalan Bun.
Sejak itu, pusat pemerintahan kerajaan berada di Istana Kuning, yang masih berdiri hingga kini.
Ketika pengangkatan Pangeran Ratu Sukma Alamsyah (1913-1939), terjadi penandatanganan kontrak politik berupa Korte Verklaring, yang isinya perjanjian hidup berdampingan secara damai dengan Belanda.
Kendati demikian, menjelang kedatangan Jepang, sikap anti-Belanda berkembang di kerajaan.
Alhasil, ketika beberapa tokoh terdeteksi memihak Jepang, mereka segera ditangkap Belanda.
Pangeran Ratu Anom Alamsyah (1939-1947) menjadi penguasa terakhir Kotawaringin karena setelah proklamasi kemerdekaan RI, status Kotawaringin menjadi bagian wilayah NKRI.
Baca juga: Raja-Raja Kesultanan Banjar
Baca juga: Kerajaan Berau: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan
Referensi: