Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi Plaosan, Bukti Cinta Beda Agama

Kompas.com - 20/04/2022, 08:00 WIB
Febi Nurul Safitri ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Candi Plaosan adalah salah satu candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak agama Buddha.

Letak Candi Plaosan berada di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan berjarak kurang lebih 1,5 kilometer dari Candi Prambanan.

Kompleks Candi Plaosan terbagi menjadi dua bangunan utama, yaitu Candi Plaosan Lor (sisi utara) dan Candi Plaosan Kidul (sisi selatan).

Oleh karena itu, Candi Plaosan disebut candi kembar, karena bentuk keduanya sangat mirip.

Selain itu, candi Buddha ini terbilang unik, karena arsitekturnya memiliki campuran dengan Candi Hindu.

Hal ini berhubungan dengan kisah cinta Rakai Pikatan, yaitu Raja Mataram Kuno yang membangun Candi Plaosan.

Baca juga: Siapakah Arsitek Candi Borobudur?

Sejarah berdirinya Candi Plaosan

Sejarah berdirinya Candi Plaosan dimulai saat Rakai Pikatan, yang berasal dari Dinasti Sanjaya (penganut Hindu), menikah dengan Pramodhawardhani, keturunan Dinasti Syailendra (penganut Buddha). 

Walaupun awal hubungan percintaan keduanya menimbulkan banyak keresahan dan penolakan karena perbedaan agama mereka, pernikahan berhasil dilangsungkan.

Rakai Pikatan juga memberikan kebebasan kepada sang istri untuk menganut agama yang berbeda.

Bahkan, sebagai lambang rasa cintanya kepada sang istri, Rakai Pikatan membangun Candi Plaosan.

Para ahli memperkirakan bahwa Candi Plaosan berasal dari pemerintahan Rakai Pikatan di Kerajaan Mataram Kuno, atau sekitar abad ke-9.

Hal ini diyakini J.G. De Casparis, seorang filolog asal Belanda, yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842), yang menyebut bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Sultan Kahulunan.

Baca juga: Candi Banyunibo, Si Sebatang Kara Peninggalan Mataram Kuno

De Casparis berpendapat bahwa Sri Kahulunan adalah gelar Pramodawardhani, putri Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, yang menjadi permaisuri Rakai Pikatan.

Sementara itu, sejarawan bernama Anggraeni, berpendapat bahwa candi ini dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Menurutnya, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rankai Galung, yang memerintah Mataram Kuno sebelum Rakai Pikatan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com