KOMPAS.com - Candi merupakan peninggalan sejarah kuno yang terpengaruh pada budaya dan agama Hindu-Buddha.
Pada zaman kerajaan, candi biasanya digunakan sebagai tempat ibadah atau pemujaan, dan pendarmaan para raja.
Oleh karena itu, pembangunan candi juga tidak dilakukan sembarangan, tetapi berpedoman pada sebuah kitab.
Kitab yang digunakan sebagai pedoman atau dasar-dasar dalam pembangunan suatu candi yaitu Kitab Manasara Silpasastra.
Baca juga: Perbedaan Candi Hindu dan Buddha
Arsitektur candi di Indonesia berbeda dengan di India. Bahkan, candi-candi di Nusantara pun juga berbeda bentuknya.
Bangsa Indonesia mempelajari seni membuat candi dari Kitab Manasara Silpasastra. Kitab ini biasa digunakan oleh Sthapati (para ahli pembuat candi atau arsitek candi).
Kitab Manasara Silpasastra berisi tentang tata cara membangun candi mulai dari awal hingga akhir.
Dalam kitab ini, syarat-syarat pendirian candi diatur secara detail, mulai dari pemilihan lokasi hingga ukuran ornamennya.
Selain Kitab Silpasastra, ada beberapa kitab pedoman rancang bangun candi lainnya, yakni Kitab Vastupurusa dan Kashyapasilpa.
Baca juga: Perbedaan Candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Berikut ini tahap pembuatan candi berdasarkan Kitab Manasara Silpasastra.
Dalam Kitab Manasara Silpasastra, dijelaskan bahwa lokasi yang dijadikan tempat untuk mendirikan sebuah candi harus suci dan subur.
Dengan tanah yang subuh, diharapkan bangunan suci seperti candi dapat menyerap dan mengembangkan energi positif.
Baca juga: Siapakah Arsitek Candi Borobudur?
Selain lahan, unsur penting lainnya adalah fondasi bangunan, yang memiliki empat kemungkinan, yaitu:
Kitab Manasara Silpasastra bahkan mengatur tentang perbandingan tinggi dan lebar pintu, yaitu harus 2:1.