KOMPAS.com - Cilegon merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten.
Kota Cilegon dikenal sebagai kota baja, karena Cilegon merupakan pusat industri manufaktur baja terbesar di Asia Tenggara.
Sekitar enam juta ton baja dihasilkan setiap tahunnya di Cilegon.
Nama Cilegon sendiri diambil dari kata Ci atau Ciai yang berarti air dan Legon atau Melegon yang berarti lengkungan.
Jadi, nama Cilegon diambil dari kubangan air atau rawa-rawa, sesuai dengan kondisi wilayahnya yang memiliki banyak rawa atau kubangan air.
Baca juga: Maulana Hasanuddin, Raja Pertama Kesultanan Banten
Kota Cilegon dalam pembentukannya melewati beberapa masa, mulai dari Masa Kesultanan Banten hingga Masa Reformasi.
Pada tahun 1651, Cilegon merupakan sebuah kampung kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Banten.
Ketika itu, Cilegon masih dalam bentuk tanah rawa yang belum banyak dihuni orang.
Namun, sejak masa keemasan Kesultanan Banten, dilakukan pembukaan daerah di Serang dan Cilegon yang dijadikan sebagai daerah persawahan dan jalur perlintasan antara Jawa dan Sumatra.
Sejak jalur perlintasan dibuka, mulai banyak pendatang yang menetap di Cilegon dan Cilegon mulai berkembang dengan pesat.
Baca juga: Perlawanan Banten terhadap VOC
Tahun 1816, Hindia Belanda membentuk District Cilegon di bawah Keresidenan Banten di Serang.
Tujuan dibentuk District Cilegon adalah agar rakyat Cilegon dapat membebaskan diri dari penindasan penjajahan Belanda saat itu.
Puncak perlawanan rakyat Cilegon kepada Belanda pun dikenal dengan pemberontakan Geger Cilegon tanggal 9 Juli 1888 yang dipimpin oleh KH Wasyid.
Sayangnya, dalam Geger Cilegon KH Wasyid dijatuhi hukuman gantung.
Memasuki tahun 1962, berdiri sebuah Pabrik Baja Trikora di Cilegon.