KOMPAS.com - Pertempuran Khaibar adalah peperangan antara umat muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad melawan orang-orang Yahudi yang tinggal di Khaibar.
Peperangan yang terjadi pada 628 Masehi ini berlangsung di Khaibar, sebuah oasis yang terletak sekitar 150 km di utara Madinah, Arab Saudi.
Pada saat itu, Kota Khaibar atau sering disebut negeri Hijaz adalah sebuah benteng bagi kaum Yahudi.
Dengan tanah yang subur dan air yang berlimpah, kota ini menjadi tempat perlindungan sempurna bagi kaum Yahudi.
Oleh karena itu, Perang Khaibar menjadi salah satu pertempuran umat muslim yang paling sengit karena pasukan Yahudi sangat kuat.
Pertempuran ini berlangsung sekitar dua minggu dan berakhir dengan kemenangan umat Islam.
Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan
Setelah perang Yahudi-Romawi, kaum Yahudi mulai mendiami Khaibar dan mengembangkan pertanian di tanahnya yang sangat subur.
Lambat laun, posisi mereka pun sangat dominan, baik secara budaya, ekonomi, dan politik.
Selain itu, orang-orang Yahudi juga membangun benteng dan menyimpan pedang, tombak, perisai, serta persenjataan lainnya.
Pada akhirnya, di Khaibar berdiri banyak perkampungan Yahudi yang terpusat pada tiga wilayah, yaitu Natat, Shiqq, dan Katiba.
Sementara itu, di Madinah terdapat tiga klan Yahudi yang kuat, yaitu Bani Qaynuqa, Bani Al-Nadir, dan Bani Qurayzah.
Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beberapa tokoh penting yang ada mulai masuk Islam.
Dalam perkembangannya, perselisihan antara Nabi Muhammad dengan tiga klan Yahudi terkuat di Madinah tidak dapat dihindari.
Dari serangkaian insiden tersebut, Bani Al-Nadir akhirnya terusir dari Madinah pada 625 dan menetap di Khaibar.
Setelah terusir dari Madinah, pemimpin Bani Al-Nadir terus melakukan upaya untuk mengumpulkan sekutu guna melawan Nabi Muhammad.