KOMPAS.com - Discourse analysis atau analisis wacana adalah metode analisis yang digunakan pada penelitian kualitatif.
Discourse analysis berfungsi untuk menafsirkan atau mengartikan gambar atau bahasa dalam konteks sosial, budaya, sejarah, dan politik.
Dengan kata lain, fungsi utama dari discourse analysis adalah menafsirkan sebuah gambar atau bahasa.
Karena metode ini berfokus kepada bahasa, maka data yang dibutuhkan untuk dianalisis adalah penggunaan bahasa dari pembicara.
Baca juga: 4 Fungsi Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Data tersebut bisa didapat melalui film, musik, wawancara, transkrip, pidato, maupun rekaman.
Hal yang dapat diteliti dengan discourse analysis, misalnya tanggapan dari pemerintah terhadap suatu fenomena atau ideologi yang terkandung pada artikel dari suatu media.
Discourse analysis terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
Apa penjelasan dari kedua kategori tersebut? Simak pada artikel ini, yuk!
Baca juga: Pidato Persuasif: Pengertian, Ciri-ciri, Tahapan, dan Contohnya
Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis adalah metode analisis wacana yang menganalisis hubungan antara bahasa dengan kekuasaan, jabatan, ideologi, status seseorang dalam masyarakat.
Metode ini fokus untuk menganalisis interpretasi bahasa seseorang berdasarkan jabatan, ideologi, maupun status dari si pengguna bahasa tersebut.
Terdapat beberapa tokoh penting yang terkenal di bidang analisis wacana kritis, di antaranya adalah Norman Fairclough, Van Dijk, dan Ruth Wodak.
Baca juga: 10 Manfaat Media Sosial
Anlisis wacana multimodal atau multimodal discourse analysis adalah salah satu metode wacana yang menggunakan media foto atau gambar sebagai data penelitian.
Metode ini menganalisis bahasa atau pesan yang terkandung pada setiap unsur yang terdapat pada media foto tersebut.
Metode analisis ini hampir mirip dengan ilmu semiotika.
Tokoh yang terkenal di bidang analisis wacana pendekatan multimodal ini adalah Gunther Kress dan Van Leuween.
Baca juga: Apa Itu Analisis Semiotika?
Referensi: