KOMPAS.com – Resesi ekonomi adalah kondisi di mana terjadi penurunan secara signifikan aktivitas ekonomi umum dalam suatu wilayah yang dapat ditandai oleh terkontraksinya Produk Domestik Bruto (PDB) secara beruntun selama dua kuartal atau lebih.
Resesi ekonomi dapat disebabkan karena guncangan ekonomi secara mendadak, tingkat inflasi yang tinggi, gelembung aset, perubahan teknologi, cara mengelola utang yang tidak sehat, dan tingkat deflasi yang signifikan.
Baca juga: Apa itu Resesi Ekonomi?
Berikut solusi yang dapat ditawarkan dalam menghadapi resesi ekonomi:
Terdapat solusi untuk mengurangi dampak dari resesi ekonomi yaitu dengan diterapkannya kebijakan yang mempromosikan lapangan kerja dan kewirausahan oleh pemerintah.
Hal tersebut dapat dicapai dengan dukungan untuk usaha kecil atau menengah, insentif pajak untuk bisnis, dan investasi dalam pembangunan infrastruktur.
Pemerintah juga dapat memberikan bantuan kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena resesi.
Solusi lainnya adalah dengan berkumpulnya komunitas dan saling mendukung di masa-masa sulit. Masyarakat dapat berinisiatif membentuk bank makanan, program pelatihan kerja, serta layanan dukungan kesehatan mental.
Tiap individu juga harus melakukan langkah untuk mengamankan masa depan finansial mereka, seperti menabung, berinvestasi dengan bijak, dan mengasah keterampilan baru yang diperlukan dalam pasar kerja.
Baca juga: Dampak Resesi Ekonomi
Dalam mengatasi resesi ekonomi di Indonesia, kebijakan fiskal berperan untuk mendorong pencapaian target-target pembangunan yang telah ditetapkan.
Peranan itu selaras dengan salah satu fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) sebagai alat untuk menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi akan tercapai.
Selain solusi-solusi di atas, terdapat beberapa berbagai tips lain untuk mengatur keuangan dalam menghadapi resesi ekonomi, yaitu:
Baca juga: Penyebab Resesi Ekonomi
Berikut beberapa contoh kasus resesi ekonomi, yaitu:
Secara berturut-turut terdapat empat kuartal pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) negatif, yaitu pada saat dua kuartal terakhir 2018 dan dua kuartal pertama 2009. Dimulainya resesi pada kuartal pertama 2008 saat PDB menyusut hingga 2,3 persen.
Tidak seperti resesi pada umumnya, permintaan untuk perumahan lebih dahulu melambat. Oleh karenanya, banyak ahli ekonomi yang mengira ini hanyalah akhir dari sektor perumahan, bukan awal suatu resesi.
Berikut faktanya: