Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Adolf Hitler Memiliki Gangguan Kentut?

Kompas.com - 28/08/2021, 10:41 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comAdolf Hitler merupakan pemimpin Partai Nazi yang terkenal akan kekejamannya. Pada saat itu Nazi merupakan satu-satunya partai politik di Jerman, sehingga memilki kekuasaan yang besar. Hitler berperan besar dalam pecahnya Perang Dunia II.

Namun tahukah kamu bahwa diktator paling terkenal sepanjang masa tersebut memiliki gangguan kentut?

Gangguan perut

Hitler memiliki gangguan perut yang menyebabkannya kentut tidak terkendali, hal ini dibuktikan dari catatan medis Hitler. Dilansir dari New York Daily News, catatan medis Adolf Hitler diperebutkan secara online di Alexander Historical Auctions of Standford.

Berdasarkan situs Live Science, dalam catatan medis tersebut terdapat sepuluh hasil rontgen sinar-X dari berbagai sudut pandang tengkorak Hitler, hasil tes electroencephalogram (EEG), dan bagian sketsa dalam hidungnya.

Baca juga: Kenapa Setelah Menangis Mata Bengkak?

Adolf Hitler mengalami masalah perut kembung yang membuatnya sangat sering kentut. Sehingga ketika makan malam dengan koleganya, ia sering cepat-cepat keluar dari ruang makan karena ingin kentut. Hal tersebut seringkali membuat para tamunya kaget.

Dilansir dari Medium, Hitler menderita perut kembung tak terkendali, kram perut, sembelit, dan diare dalam sebagian besar hidupnya. Gejala ini bertambah parah ketika stress dan juga ketika ia mengubah pola hidupnya menjadi seorang vegetarian sekitar tahun 1931.

Menjadi vegetarian sama sekali tidak mengobati sakit perutnya, kentutnya semakin parah dan tidak terkendali terutama setelah selesai makan. Masalah perut yang dideritanya sejak kecil, membuat Hitler putus asa, dan khirnya ia berobat pada Dr. Theodor Morell sekitar tahun 1936.

Morell ternyata dapat meringankan gangguan kentut yang seumur hidup dialami oleh Hitler. Morell memberikan obat berupa probiotik Mutaflor dan pil anti gas Dr. Koester.

Uniknya, obat tersebut mengandung strychnine atau yang dikenal masyarakat umum sebagai racun tikus dan atropine yaitu zat halusinogen yang dapat mengakibatkan kematian.

Hitler sangat memercayai Morell walau dokter-dokter lain mengingatkannya bahwa Morell memperburuk kesehatan Hitler. Morell menyuntikan obat-obatan pada Hitler termasuk beberapa golongan narkoba seperti kokain dan heroin.

Baca juga: Apa Benar Bintang Jatuh Bisa Mengabulkan Permintaan?

Semakin parah

Hal tersebut membuat kondisi tubuh Hitler semakin parah, karena Morell terus menaikkan dosis obat-obatan berbahaya tersebut. Imbasnya Hitler menderita kerusakan fisik, penurunan psikologis, bahkan para ahli memperkirakan bahwa Hitler menderita penyakit parkinson di akhir hayatnya.

Hal tersebut terlihat dari Hitler yang sering gemetaran pada tangan kirinya. Kalyan B. Bhattacharyya dalam jurnal Adolf Hitler and His Parkinsonism (2015) menyebutan bahwa awalnya getaran tersebut terputus-putus dan Hitler biasa menyembunyikannya dengan memasukkan tangan kirinya ke salam saku baju atau memegang beberapa benda.

Gejala tersebut semakin parah seiring dengan jalannya waktu, belum lagi fisiknya yang mengalami penurunan. Hingga akhirnya Adolf Hitler meninggal, masalah kentutnya juga penyakit lainnya tidak pernah sembuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com