KOMPAS.com - Orde Baru (Orba) merupakan masa pemerintahan Indonesia yang berlangsung sejak 1966 hingga 1998.
Orde Baru identik dengan Suharto yang menjadi menjadi presiden selama 32 tahun lamanya.
Selama era Orde Baru berlangsung, perekonomian Indonesia berkembang pesat.
Pembangunan infrastruktur yang meningkat dan merata, sehingga dapat dinikmati masyarakat.
Sayangnya, perkembangan itu dibarengi dengan praktek korupsi yang merajalela.
Klimaksnya, pada pertengahan 1997 ketika Indonesia diterpa krisis moneter.
Akhirnya pada 1998, kekuasaan Orde Baru runtuh setelah Presiden Suharto mengundurkan diri.
Baca juga: Supersemar, Tonggak Lahirnya Orde Baru
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008) karya Merle Calvin Ricklefs, runtuhnya rezim Orde Baru terjadi di tengah-tengah krisis ekonomi, kerusuhan, dan pertumpahan darah di jalan-jalan.
Krisis Asia yang dimulai di Thailand menghantam Indonesia. Rupiah selama ini berada dalam kisaran Rp 2.500/US$, namun nilai itu segera merosot pada Juli 1997.
Pada Agustus 1997, nilai rupiah turun 9 persen. Bank Indonesia mengakui tidak bisa membendung rupiah terus merosot.
Pada Januari 1998, rupiah tenggelam hingga level Rp 17.000/US$ atau kehilangan 85 persen.
Kondisi itu membuat hampir semua perusahaan modern di Indonesia bangkrut.
Respon pertama pemerintah terhadap krisis ekonomi dengan diumumkan reformasi. Namun proyek-proyek para kroni dan keluarga masih dilindungi.
Perjanjian dengan IMF pada 1997 mengakibatkan 16 bank tutup. Hanya dua bank milik keluarga dibuka kembali.
Kondisi tersebut semakin meneguhkan anggapan para pengamat dalam dan luar negeri bahwa rezim ini sudah terbelit nepotisme, korupsi, dan inkompetensi.
Baca juga: Peristiwa Penting Era Orde Baru