Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Raya Waisak: Lahirnya Pangeran Siddharta

Kompas.com - 07/05/2020, 06:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Hari Raya Waisak jatuh pada tanggal 7 Mei 2020. Waisak menjadi hari suci agama Buddha.

Di berbagai negara, Hari Waisak juga dirayakan. Seperti Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.

Dalam buku Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewati Prasasti (2012) karya Boechari, di beberapa tempat perayaan tersebut juga dikenal sebagai "Hari Buddha".

Peristiwa Trisuci Waisak

Dalam perayaan Waisak, diperingati tiga peristiwa dengan nama Trisuci Waisak.

Di mana perayaan dilakukan pada purnama pertama bulan Mei, sehingga tanggal jatuhnya Hari Raya Waisak bisa berbeda setiap tahunnya.

Peristiwa Trisuci Waisak, yaitu:

Lahirnya Pangeran Siddharta

Pangeran Siddharta merupakan anak seorang raja, yaitu Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya. Siddharta lahir di Taman Lumbini pada 623 Sebelum Masehi.

Baca juga: Tokoh di Balik Kemahsyuran Candi Borobudur

Lahirnya Siddharta ke dunia sebagai calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.

Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung

Pada usianya ke-35 tahun, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada saat bulan Waisak.

Parinibbana

Buddha Gautama parinibbana atau wafat di Kusinara dalam usia 80 tahun pada 543 Sebelum Masehi.

Seorang Biksu menyalakan lilin pelimpahan jasa dalam perayaan Waisak di Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019). Prosesi penyalaan lilin pelimpahan jasa itu merupakan sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia serta mendoakan umat manusia dibumi dalam rangkaian perayaan Waisak 2563 BE/2019.ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO Seorang Biksu menyalakan lilin pelimpahan jasa dalam perayaan Waisak di Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019). Prosesi penyalaan lilin pelimpahan jasa itu merupakan sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia serta mendoakan umat manusia dibumi dalam rangkaian perayaan Waisak 2563 BE/2019.
Waisak di Borobudur

Dilansir dari Balai Konservasi Borobudur, tradisi umat Buddha merayakan Hari Waisak di Candi Borobudur sudah dilakukan sejak 1929.

Perayaan ini dimulai oleh Himpunan Teofosi Hindia Belanda. Di mana salah anggotanya campuran antara orang Eropa dan Jawa ningrat.

Perayaan Waisak di Borobudur sempat terhenti ketika perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca juga: Candi Borobudur: Candi Terbesar di Dunia

Selain itu, terhenti pula pada pemugaran tahun 1973. Selama masa pemugaran tersebut, perayaan dipindah ke Candi Mendut.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, menjadi sebuah kesatuan atas cita-cita yang diimajinasikan bersama.

Candi Borobudur sebagai salah satu imaji utama identitas bangsa, sehingga berhak dimiliki dan dimanfaatkan semua anggota masyarakat.

Candi Borobudur pernah lama tidak difungsikan sebagai pusat kegiatan keagamaan setelah dibangun pada abad ke-8 dan ke-9.

Namun, tradisi perayaan Waisak menjadi bukti toleransi dan upaya saling menghargai serta menghormati perbedaan yang ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com