Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Banyak Makan "Junk Food" Sebabkan Gangguan Otak Jangka Panjang

Kompas.com - 22/04/2024, 10:30 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukti bahwa mengonsumsi junk food membawa dampak buruk terhadap tubuh makin banyak ditemukan.

Kini sebuah penelitian baru kembali menemukan mengonsumsi junk food yang tinggi lemak dan bergula menyebabkan gangguan memori jangka panjang.

Baca juga: Apakah Terlalu Banyak Makan Junk Food Bisa Bikin Pusing?

Temuan ini didapat setelah peneliti melakukan studi terhadap tikus yang diberi makanan tersebut sejak usia muda.

Gangguan memori jangka panjang tersebut terjadi karena pola makan tinggi gula sederhana dan lemak jenuh mengganggu asetilkolin, neurotransmitter utama di otak hewan yang terlibat dalam memori.

"Jika tikus-tikus ini tumbuh dengan pola makan junk food, mereka akan mengalami gangguan ingatan yang tidak kunjung hilang," kata Scott Kanoski, ahli saraf di University of Southtern California (USC).

Junk food sejak usia muda

Mengutip Science Alert, Minggu (21/4/2024) penelitian terbaru ini mengaitkan pola makan makanan olahan yang tidak sehat dengan risiko penyakit Alzheimer di kemudian hari.

Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan masalah memori.

Nah, karena asetilkolin terlibat dalam memori dan pembelajaran, dan berkurang pada penderita Alzheimer, peneliti pun bertanya-tanya apa dampak dari mengonsumsi makanan manis dan berlemak bagi orang-orang muda dalam jangka panjang.

Jadi kira-kira bagaimana jika manusia mengonsumsi pola makanan itu sejak usia muda.

Dalam studinya peneliti menggunakan tikus. Tim peneliti memberi tikus makanan tinggi lemak dan bergula dari usia 26 hingga 56 hari. Periode itu setara dengan masa remaja manusia ketika otak sedang mengalami perkembangan signifikan.

Baca juga: Studi: Melihat Orang Makan Junk Food Bikin Nafsu Makan Turun

Sementara tikus lain pada usia yang sama memakan makanan sehat.

Dalam tes memori, tikus yang makan junk food tidak dapat mengidentifikasi objek baru dalam pemandangan yang telah mereka jelajahi beberapa hari sebelum atau jika objek yang dikenalnya bergerak sedikit.

Sebaliknya tikus yang makan sehat dapat mengidentifikasinya.

Masalah ingatan ini tetap ada bahkan ketika kelompok tikus yang makan junk food beralih ke makanan sehat selama 30 hari.

Para peneliti juga menemukan bahwa kelompok tikus yang makan junk food mengalami penurunan kadar protein yang mengangkut asetilkolin di hipokampus, wilayah otak yang membantu mengkonsolidasikan ingatan dan informasi spasial.

Pencitraan lebih lanjut menunjukkan bahwa penurunan tersebut mengganggu sinyal asetilkolin pada hewan yang membuat kinerja buruk dalam tugas memori.

"Sinyal asetilkolin adalah mekanisme yang membantu mengkodekan dan mengingat peristiwa di masa lalu. Dan sinyal ini tampaknya tidak terjadi pada hewan yang tumbuh dengan mengonsumsi makanan berlemak dan gula," ungkap penulis utama dan peneliti nutrisi USC Anna Hayes.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Brain, Behavior, and Immunity.

Baca juga: Terlalu Banyak Makan Junk Food Tingkatkan Risiko Depresi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com