Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Banyak Makan Junk Food Tingkatkan Risiko Depresi

Kompas.com - 01/02/2023, 16:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang tak bisa diabaikan. Namun, untuk alasan kepraktisan, entah karena sibuk bekerja atau aktivitas lainnya, sering kali jenis makanan yang dikonsumsi tidak terperhatikan dengan baik.

Bahkan, tidak jarang, orang mengonsumsi makanan rendah gizi atau kerap disebut dengan junk food.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Makanan Siap Saji, Kapan Jadi Junk Food?

Junk food sendiri telah lama dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak atau sering.

Kabar buruknya, risiko kesehatan yang dihadapi jika terus menerus mengonsumsi junk food bukan hanya fisik tapi juga psikis atau mental.

Berbagai penelitian telah membuktikan adanya hubungan antara konsumsi junk food dengan peningkatan risiko depresi.

Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Molecular Psychiatry tahun 2018 menemukan hubungan antara pola makan dengan risiko depresi setelah mengkaji ulang 41 studi.

Bagaimana junk food meningkatkan risiko depresi?

"Pola makan yang pro-inflamasi (seperti junk food atau makanan ultra proses) bisa memicu peradangan sistemik, dan ini dapat secara langsung meningkatkan risiko depresi," ungkap Dr Camille Lassale, penulis utama penelitian ini dikutip dari The Guardian.

Baca juga: Berhenti Makan “Junk Food” Bisa Sebabkan Gejala Mirip Putus Obat

Dia juga menambahkan, pola makan yang buruk atau rendah gizi bisa meningkatkan risiko depresi secara signifikan.

Makanan yang mengandung banyak lemak, gula, atau terlalu lama dimasak (dalam hal ini junk food maupun makanan ultra proses) bisa menyebabkan peradangan bukan hanya di usus tetapi di seluruh tubuh.

Hal ini dikenal sebagai peradangan sistemik.

"Sifat kimia dalam usus sangat mirip dengan kimia di otak. Jadi tidak mengherankan bahwa hal-hal yang mempengaruhi usus dapat mempengaruhi otak juga," kata Dr Cosmo Hallstrom, ahli depresi dari Royal College of Psychiatrists.

Kondisi ini bukan hanya dipicu oleh pola makan yang rendah gizi, tapi juga pola hidup buruk seperti merokok, polusi, kegemukan, dan kurang olahraga.

"Peradangan kronis bisa mempengaruhi kesehatan mental dengan mengangkut molekul pro-inflamasi ke otak, itu juga bisa mempengaruhi molekul - neurotransmitter - yang bertanggung jawab untuk regulasi suasana hati," tutur Lassale.

Kesimpulan penelitian ini menyebut bahwa makanan yang mengandung zat yang dapat meningkatkan peradangan seperti tinggi kolesterol, lemak jenuh, dan karbohidrat meningkatkan risiko depresi sebesar 40 persen.

Baca juga: Kertas Pembungkus Junk Food Juga Berbahaya untuk Kesehatan

Bukan hanya junk food tapi juga makanan ultra proses

Makanan ultra proses (ultra-prosessed food/UPF) atau disebut juga dengan makanan kemasan ternyata dapat membahayakan kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan. YARUNIV Studio/ Shutterstock Makanan ultra proses (ultra-prosessed food/UPF) atau disebut juga dengan makanan kemasan ternyata dapat membahayakan kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com