Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Klaim Dunia Alami Pemanasan Global Lebih Cepat dari Perkiraan

Kompas.com - 07/02/2024, 09:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia terjadi lebih cepat dan telah memanaskan dunia lebih dari yang perkirakan.

Temuan tersebut berdasarkan studi terhadap spons, hewan sederhana yang menyaring air yang berumur berabad-abad dan berasal dari Karibia.

Baca juga: Pemanasan Global Mengikis Cangkang Kerang dan Terumbu Karang di Laut

Peneliti mencatat pertumbuhan yang mendokumentasikan perubahan suhu air, keasaman, dan tingkat karbon dioksida di udara pada spons.

Hasilnya, peneliti menghitung bahwa dunia telah melampaui target yang disetujui secara internasional untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius dan malah mencapai angka 1,7 derajat celsius pada tahun 2020.

Namun, ilmuwan lain merasa skeptis terhadap klaim penelitian bahwa suhu dunia telah memanas lebih dari yang diperkiran. Akan tetapi, jika perhitungan pada spons benar maka akan ada dampak yang besar.

Dalam beberapa tahun terakhir saja, para ilmuwan telah mencatat cuaca yang lebih ekstrem dan berbahaya, seperti banjir, badai, kekeringan, dan gelombang panas.

"Ini bukan kabar baik karena menyiratkan pemanasan yang lebih besar," kata Natalie Mahowald, ilmuwan iklim dari Universitas Cornell yang tidak ikut serta dalam penelitian ini.

Studi spons

Dikutip dari Phys, Selasa (6/2/2024), banyak spesies spons yang berumur panjang dan seiring pertumbuhannya, mereka mencatat kondisi lingkungan di sekitarnya dalam kerangka mereka, termasuk perubahan lingkungan.

Spons mengalirkan air dari semua bagiannya sehingga dapat mencatat perubahan ekologi yang lebih luas.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Keamanan Pangan di Masa Depan

Peneliti lalu menggunakan pengukuran dari spesies langka spons kecil bercangkang keras untuk membuat catatan suhu pada tahun 1800-an.

Studi ini menemukan bahwa suhu pada pertengahan tahun 1800-an sekitar setengah derajat celsius lebih dingin dari perkiraan sebelumnya, dan pemanasan akibat gas-gas yang memerangkap panas terjadi sekitar 80 tahun lebih awal dari pengukuran yang digunakan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Angka-angka IPCC menunjukkan pemanasan mulai terjadi setelah tahun 1900.

Masuk akal jika pemanasan terjadi lebih awal dari perkiraan IPCC karena pada pertengahan tahun 1800-an Revolusi Industri telah dimulai dan karbon dioksida dilepaskan ke udara.

Menurut peneliti, karbon dioksida dan gas lain dari pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab perubahan iklim.

Meski begitu, beberapa skeptis dengan temuan tersebut, salah satunya ilmuwan iklim Universitas Pennsylvania, Michael Mann, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penulis studi Malcolm McCulloch, seorang ahli geokimia kelautan di University of Western Australia sendiri berpendapat penggunaan spons merupakan representasi akurat dari perubahan suhu dunia.

Walaupun spons hanya terdapat di Karabia, McCulloch menyebut spons merupakan representasi yang baik bagi seluruh dunia karena mereka berada pada kedalaman yang tidak terlalu terpengaruh oleh siklus hangat dan dingin El Niño dan La Niña, dan airnya sangat cocok dengan suhu lautan global.

Baca juga: Perubahan Iklim Berpotensi Bikin Bumi Terlalu Panas untuk Manusia

Namun, terlepas dari perdebatan tersebut, kita tetap menghadapi skenario pemanasan global yang berbahaya di masa depan. Dan, satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan mengurangi emisi.

Studi dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com