KOMPAS.com - Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan jenis ular air baru di Danau Towuti, Sulawesi Selatan.
Temuan taksa baru ular yang diberi nama Hypsiscopus indonesiensis ini pun menambah jumlah spesies ular di Sulawesi yang semula berjumlah 59 spesies menjadi 60 spesies.
Baca juga: 5 Spesies Hewan yang Baru Ditemukan Tahun 2023
Temuan spesies ular ini berdasarkan studi molekuler yang dilakukan tim peneliti BRIN bersama tim dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Tanjungpura, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Mengutip laman resmi BRIN, Senin (29/1/2024) peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN, Amir Hamidy mengungkapkan Hypsiscopus indonesiensis memiliki ciri tertentu.
Ular bewarna abu-abu kecoklatan tersebut memiliki ekor yang pipih secara lateral, jumlah baris sisik yang lebih banyak di bagian tengah tubuh, jumlah sisik ventral yang lebih banyak, jumlah sisik ekor yang lebih sedikit, dan pola warna yang khas (blirik) dibandingan jenis Hypsiscopus lain.
Jika dilihat dari karekter fisiknya, ular endemik Sulawesi ini populernya disebut ular air ekor pipih.
Kelompok genus tersebut hidup diperairan tawar dan memangsa ikan kecil, anak katak dan kepiting.
Sementara dilihat dari panjang tubuhnya H. indonesiensis relatif kecil, yakni kurang dari 1 meter (>700mm) dan hanya tersebar di Danau Towuti.
Alhasil ular ini memiliki tingkat endemisitas yang lebih tinggi dibandingkan H. matannensis.
Kendati demikian perlu studi lebih lanjut mengenai populasi dan sebarannya untuk mengevaluasi status konservasinya.
Baca juga: Oreophryne riyantoi, Katak Spesies Baru Endemik Sulawesi
Amir menjelaskan empat jenis dari genus ini, tiga jenisnya terdapat di Sulawesi dan dua jenis di antaranya adalah endemik Sulawesi, yaitu H. indonesiensis (endemik Danau Towuti) dan H. matanensis di Danau Matano dan beberapa wilayah Sulawesi lainnya.
“Saat ini jumlah ular endemik di Sulawesi hampir mencapai 60%. Jika dibandingkan Kepulauan Sundaland jumlah tersebut jauh lebih rendah, namun endemisitasnya lebih tinggi," katanya.
"Sumatera memiliki 127 spesies ular, dimana 16% di antaranya adalah endemik, sedangkan Kalimantan memiliki 133 spesies (23% endemik), Jawa dan Bali (110 spesies, 6,4%) bersifat endemik,” terang Amir lagi.
Amir yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) BRIN menuturkan, tingkat endemisitas yang tinggi dan kekayaan spesies yang relatif rendah kemungkinan besar terkait dengan periode isolasi Sulawesi yang lama dari Kepulauan Sunda Besar lainnya.
Baca juga: Bagaimana Cara Ular Mengganti Kulitnya?
Oleh karena itu para taksonom menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi status taksonomi Hypsiscopus Sulawesi karena keterbatasan spesimen berpotensi menyesatkan dalam studi morfologi.