Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut Salad Tidak Cocok Jadi Makanan Luar Angkasa

Kompas.com - 25/01/2024, 16:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Sayuran jadi salah satu bahan pangan yang coba ditumbuhkan para astronot di luar angkasa.

Selain bisa jadi alternatif makanan para astronot, harapannya, sayur mayur yang berhasil dikembangkan itu dapat mendukung misi jangka panjang para penjelajah luar angkasa ini.

Baca juga: Apa Makanan yang Cocok untuk Perjalanan Luar Angkasa?

Namun, penelitian baru memperingatkan bahwa tanaman yang tumbuh di lingkungan gayaberat mikro lebih rentan terhadap infeksi seperti E.coli atau Salmonella.

Hal ini tentu saja membuat para astronot menghadapi potensi risiko kesehatan.

Hasil tersebut terungkap setelah tim ilmuwan menanam selada dalam simulasi lingkungan gayaberat mikro di Bumi dan menemukan bahwa tanaman kesulitan melindungi diri dari bakteri berbahaya di luar angkasa.

Studi tanaman

Mengutip Gizmodo, Rabu (24/1/2024) sekelompok peneliti menanam tanaman dalam alat yang disebut klinostat, yang memutar tanaman seperti ayam rotisserie sehingga tanaman kehilangan arah.

"Akibatnya, tanaman tidak akan mengetahui arah mana yang naik atau turun. Kami agak mengacaukan respons mereka terhadap gravitasi," papar Noah Totsline dari Departemen Ilmu Tanaman dan Tanah Universitas Delaware, dan penulis utama.

Tumbuhan memiliki sel penginderaan gravitasi yang membuat akarnya tumbuh ke bawah menuju gravitasi, sedangkan tanaman itu sendiri tumbuh ke atas dengan arah berlawanan gravitasi.

Dalam lingkungan gayaberat mikro, para peneliti menemukan bahwa pertahanan alami tanaman terhadap pemicu stres menjadi kurang efektif.

Baca juga: Bagaimana Proses Menyiapkan Makanan untuk Astronot di Luar Angkasa?

Stomata adalah pori-pori kecil pada daun dan batang tanaman yang membantu mereka bernapas, dan juga digunakan sebagai mekanisme pertahanan dengan menutup ketika mereka merasakan adanya pemicu stres seperti bakteri di dekatnya.

Namun selama simulasi itu, tanaman menjadi bingung dan membuka pori-porinya di hadapan bakteri alih-alih menutupnya.

Dari percobaan tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa bakteri seperti Salmonella dapat menyerang jaringan daun dengan lebih mudah dalam simulasi kondisi gayaberat mikro, seperti yang ada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Temuan ini mendukung studi sebelumnya pada tahun 2020 yang menganalisis tanaman selada pertama yang ditananam di ISS antara tahun 2014 hingga 2016.

Studi itu menemukan meski selada mengandung jumlah nutrisi yang sama dengan yang ditanam di Bumi, akan tetapi selada di ISS tampaknya memiliki tingkat bakteri yang lebih tinggi.

Terlepas dari semua upaya untuk melawan dampak lingkungan gayaberat mikro, ISS adalah sistem udara tertutup dengan sekelompok astronot yang tinggal di kantor pusatnya. Di mana pun ada manusia, pasti ada patogen yang berpotensi menginfeksi tanaman di sekitarnya.

Hasilnya dapat mengurangi sumber nutrisi yang juga mudah ditanam di luar angkasa bagi astronot masa depan yang melakukan misi lebih lama ke Bulan atau Mars.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Hanya Makan Satu Jenis Makanan?

Untuk mengurangi risiko infeksi bakteri bagi astronot yang ingin makan selada di luar angkasa, peneliti menyarankan untuk mengubah genetika tanaman agar tidak membuka stomata lebih lebar di luar angkasa.

Studi dipublikasikan di Scientific Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com