Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/01/2024, 08:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Ingus diproduksi oleh kelenjar di hidung dan tenggorokan. Ingus membantu menghidrasi sinus dan menjebak debu serta patogen untuk mencegahnya memasuki tubuh.

Ingus adalah produk tubuh yang bermanfaat. Warna ingus bahkan bisa berguna untuk mendiagnosis penyakit tertentu.

Hidung dan tenggorokan dilapisi dengan kelenjar yang menghasilkan 1 hingga 2 liter lendir setiap hari, dan kita menelan lendir itu sepanjang hari tanpa menyadarinya.

Fungsi ingus

Lendir bisa mengganggu jika menyumbat hidung, tetapi sifat lengketnya memiliki tujuan penting, yakni membantu menjebak dan menghilangkan iritasi kecil yang tersedot ke saluran hidung bersama dengan udara yang dihirup.

Tanpa lendir, partikel kotoran dan mikroba berbahaya akan mencapai bagian bawah saluran pernapasan dan merusak jaringan halus di paru-paru.

Baca juga: Mengapa Hidung dan Telinga Membesar Seiring Bertambahnya Usia?

Oleh sebab itu, konsistensi lendir hidung berperan penting dalam pertahanan kekebalan tubuh.

Meski demikian, ingus lebih dari sekadar penghalang fisik terhadap polutan di udara. Ingus juga mengandung komponen antivirus dan antibakteri, termasuk antibodi, protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan untuk membantu mencegah infeksi.

Ingus juga mengandung lisosom, unit sel khusus yang mengandung enzim yang memecah patogen yang menyerang.

Kenapa ingus lengket?

Konsistensi ingus dapat memberi tahu banyak hal tentang kesehatan seseorang, terlebih ketika menggabungkan informasi tersebut dengan gejala lain.

Misalnya, lendir yang normal berwarna bening dan encer, lendir yang keruh atau berubah warna, seperti hijau atau kuning, dapat menandakan bahwa seseorang terkena infeksi virus atau bakteri.

Baca juga: Setiap Hari, Manusia Tanpa Sadar Minum Ingus

Ini karena ingus mengandung sel darah putih mati, sejenis sel kekebalan, dan produk limbah lainnya yang tersisa dari respons imun. Jadi, saat terjadi infeksi, warnanya pun berubah.

Terkait hidung tersumbat, ini disebabkan oleh infeksi yang dapat menyebabkan peradangan pada selaput lendir yang melapisi saluran napas dan menyebabkan kelenjar saluran napas memproduksi lebih banyak lendir.

Lendir tidak hanya bertambah volumenya, tetapi juga menjadi lebih kental, dan hal ini juga disebabkan oleh akumulasi mikroba serta sel mati yang datang untuk melawan infeksi.

Sebagian besar, sifat lengket dan pembentukan gel ingus disebabkan oleh molekul yang dikenal sebagai musin.

Struktur molekul lengket ini memiliki tulang punggung protein yang tipis dan memanjang dengan cabang-cabang karbohidrat yang tebal dan berbulu mencuat darinya.

Baca juga: Ternyata Tiap Lubang Hidung Punya Sensasi Penciuman Berbeda

Bentuk unik ini memungkinkan musin berikatan satu sama lain dalam jaringan yang tahan terhadap perubahan bentuk. Oleh sebab itu, lendir di hidung dapat dengan cepat kembali ke bentuk awalnya meskipun strukturnya berubah sebentar saat batuk atau membuang ingus.

Struktur kimia musin juga memberi ingus kemampuan untuk mengikat sejumlah besar air, yang berkontribusi pada tekstur ingus yang kental dan seperti agar-agar.

Musin merupakan perancah bagi komponen aktif lain dalam lendir, namun fungsinya lebih dari itu. Misalnya, molekul lengket ini dapat berinteraksi dengan mikroba yang secara alami berada di dalam penghalang mukosa sehingga berfungsi sebagai sumber bahan bakar.

Selain mendukung pertumbuhan beberapa bakteri, musin juga dapat membantu mencegah mikroba berbahaya, seperti bakteri Staphylococcus aureus atau ragi Candida albicans, agar tidak menempel pada dinding hidung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com