Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Stop Pengelolaan Sampah Sistem "Open Dumping"

Kompas.com - 27/12/2023, 18:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Sumaryati

SUDAH diprediksi bahwa tahun ini akan terjadi fenomena global El Nino dengan dampak Indonesia mengalami musim kering yang panjang.

Adanya prediksi tersebut, maka dipersiapkan penanggulangan bencana yang berpotensi muncul meliputi krisis air bersih dan pangan, serta kebakaran lahan dan hutan.

Baca juga: Kebakaran TPA Sering Terjadi, Pemilahan Sampah Jadi Kunci Solusi

Namun tidak disangka, musim kemarau panjang tahun ini menyebabkan bencana kebakaran TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), yang berdampak pada kesehatan tidak kalah dibanding dengan kebakaran lahan dan hutan.

Kebakaran sampah muncul karena pengelolaan sampah masih menerapkan sistem open dumping, pengelolaan sampah paling sederhana dan berbiaya murah, namun ada risiko yang jauh lebih mahal yang harus dibayar.

Tahun 2023 dengan fenomena El nino ini, dapat dikatakan tahun kebakaran sampah di Indonesia.

Setidaknya tercatat ada enam lokasi TPA yang mengalami kebakaran, yaitu: TPA Sarimukti Bandung, TPA Sukawinatan Palembang, TPA Suwung Denpasar, TPA Rawa Kucing Tangerang, TPA Cikundul Sukabumi, dan TPS Limo Depok.

Kebakaran ada yang bisa dipadamkan dalam waktu sehari, seperti TPA Cikundul dan TPS Limo, tetapi ada yang waktu lebih dari satu bulan api masih muncul, seperti di Sari Mukti dan Sukawinatan.

Kebakaran dapat terjadi karena ada tiga faktor, yaitu pemicu kebakaran, bahan bakar, dan ketersediaan oksigen.

Pemicu kebakaran bisa dari faktor manusia yang sengaja membakar atau sekedar membuang puntung rokok yang masih menyala.

Faktor alami juga bisa terjadi karena adanya gesekan material sampah padat yang terbawa angin kencang atau longsor yang menimbulkan percikan api.

Baca juga: Apakah Dampak Kesehatan yang Terjadi akibat Kebakaran TPA?

Proses pembusukan sampah organik menghasilkan gas metana yang dengan percikan api kecil dapat terbakar ditambah dengan sampah yang mengering pada musim kemarau yang panjang menjadikan proses kebakaran sampah di TPA membesar.

Pasokan oksigen tentu tersedia di alam terbuka, hanya karena sampah berupa tumpukan, jadi proses pembakaran sampah pada lapisan bahwa seperti kejadian kebakaran di lahan gambut, banyak menghasilka asap karena pasokan oksigen yang kurang dan sulit dipadamkan karena sumber api yang tependam.

Kebakaran sampah lebih bahaya dari pada kebakaran pada lahan gambut, karena sebagian sampah di TPA berupa plastik.

Kebakaran pada kedua tempat ini sangat banyak menghasilkan asap yang menyesakkan pernafasan karena kandungan polutan yang tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com