Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Efektifkah Tanaman Hias untuk Remediasi Polusi Udara?

Kompas.com - 24/11/2023, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Hanies Ambarsari dan Afifah Sifak Aprilia

BELAKANGAN ini polusi udara telah menjadi masalah yang sangat memprihatinkan telebih setelah Jakarta menempati posisi pertama dengan kualitas udara terburuk se-Asia Tenggara menurut Air Quality Index (AQI) pada beberapa waktu lalu.

Baca juga: Bunga Tasbih Si Pembersih Polusi Udara Melalui Proses Fitoremediasi

Emisi dari sektor industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik termasuk beberapa penyebab utama permasalahan ini.

Berdasarkan data AQI, Particulate matter (PM 2.5 dan PM 10) adalah polutan utama pada kasus polusi udara di Jakarta per 15 Agustus 2023.

Diikuti oleh logam hasil pembakaran yang tidak sempurna dari penggunaan kendaraan bermotor dan sektor industri, seperti Pb, Cu, dan Zn, serta polutan anorganik seperti O3, NOx, CO, CO2, dan SO2.

Keseluruhan polutan tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia terutama apabila jika terus-menerus terpapar dalam waktu yang lama karena bersifat respireable sehingga akan memunculkan penyakit-penyakit yang menyerang sistem pernapasan.

Berdasarkan data AQLI (2019), polusi udara di Indonesia berpotensi menurunkan harapan hidup hingga 1.2 tahun dengan kadar polusi saat itu, sangat disayangkan bahwa data yang ada terus mengalami peningkatan hingga saat ini.

Bahkan sejak awal 2023 hingga bulan Juni, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mencatat lebih dari 638 ribu kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dan per Agustus 2023 telah tercatat kasus ISPA rata-rata mencapai 200,000 per bulan berdasarkan data Kementerian Kesehatan.

Untuk mengurangi polusi yang terutama berasal dari kendaraan bermotor, pemerintah telah menanam beberapa tanaman di pinggiran jalan tol, seperti pucuk merah, bougenville, hingga mahoni.

Baca juga: Atasi Polusi Udara dengan Fitoremediasi yang Ramah Lingkungan

Tidak hanya mengurangi polutan, penanaman ini juga ditujukan sekaligus untuk menambah nilai estetika dari segi tatanan kota.

Namun, memburuknya kualitas udara di Jakarta memunculkan pertanyaan baru mengenai keefektifan penggunaan tanaman-tanaman ini sebagai fitoremediasi.

Bagaimana sebenarnya keefektifan tanaman yang sudah ditanam di sepanjang ruas jalan tol itu dalam membantu mengurangi polusi udara?

Menurut Andani dkk. pada tahun 2021, tanaman pucuk merah diketahui memiliki kemampuan yang lebih baik daripada tumbuhan lain dalam menyerap karbondioksida (CO2).

Namun, keefektifannya untuk digunakan sebagai fitoremediator polusi udara masih dipertanyakan, faktanya masih banyak jenis tanaman lain yang jauh lebih efektif untuk meremediasi polutan seperti CO, NO2, dan gas lainnya yang bisa ditanam dan tentunya tetap mempertahankan nilai estetika.

Contohnya tanaman Polyalthia longifolia atau yang biasa kita kenal dengan glodokan tiang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com