Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2023, 19:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Di antara bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya di ruang angkasa yang luas, ada yang sangat tua dan ada pula yang sangat muda sehingga bahkan teleskop terkuat di Bumi pun tidak mampu mengamatinya.

Lantas, apakah mungkin bagi ilmuwan untuk mengetahui bintang mana yang termuda dan mana yang tertua?

Bintang tertua di alam semesta

Bintang termuda di alam semesta kita sulit ditentukan karena bintang-bintang terus-menerus dilahirkan.

Sebaliknya, dilansir dari Live Science, para ilmuwan telah mengetahui tentang bintang tertua yang pernah tercatat, yakni HD 140283 yang juga dikenal sebagai Methuselah.

Baca juga: Apakah Bintang Bisa Menjadi Planet?

Meski demikian, perkiraan usia bintang Methuselah menuai kontroversi. Menurut NASA, Perkiraan awal dari pengamatan yang dilakukan pada tahun 2000 menyebutkan usianya 16 miliar tahun. Jika demikian, Methuselah lebih tua dari alam semesta, yang usianya sekitar 13,8 miliar tahun.

Para astronom segera menduga ada kesalahan dalam penghitungan usia bintang ini. Jika tidak, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa alam semesta muncul ribuan tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Untuk mengungkap permasalahan ini, para astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble untuk menentukan ulang usia Methuselah pada tahun 2013, dan menghasilkan perkiraan 14,5 miliar tahun berdasarkan kecerahan dan jaraknya dari Bumi.

Dengan demikian, berarti Methuselah hanya sedikit lebih tua dari alam semesta, meskipun ada kesalahan dalam perkiraan usianya.

Baca juga: Seberapa Jauh Jarak Antara Bintang di Bima Sakti?

Howard Bond, astronom di Space Telescope Science Institute, mengatakan bahwa ilmuwan mengukur jarak untuk menentukan luminositas absolut dan usianya, dengan bantuan studi teoretis tentang evolusi bintang.

Hasilnya, ilmuwan menemukan usia yang sesuai, dalam ketidakpastian pengukuran dan teori, dengan usia alam semesta.

Methuselah merupakan bintang subraksasa, yang lebih terang dari kebanyakan bintang, tetapi masih belum seterang bintang raksasa, yang sangat besar sehingga ukurannya tampak tidak normal dibandingkan suhu dan massanya.

Bintang melepaskan energi dengan membakar hidrogen di intinya dan mengubahnya menjadi helium melalui fusi nuklir.

Bintang masif mencapai fase subraksasa ketika cadangan hidrogennya mulai habis. Pada fase kehidupan bintang ini, kecerahan atau luminositasnya menjadi cara terbaik untuk memperkirakan usianya. Bintang subraksasa yang redup memiliki usia yang lebih tua.

Baca juga: Bagaimana Polusi Cahaya Membuat Bintang Sulit Terlihat di Langit?

Methuselah berwarna kemerahan dan perlahan-lahan meredup selama miliaran tahun. Meskipun letaknya yang relatif dekat dengan Bumi, berarti Methuselah tidak tampak terlalu redup dan dapat dilihat dengan teropong yang tepat.

Jika dibandingkan dengan matahari, pusat tata surya ini baru berusia kurang dari 5 miliar tahun dan diperkirakan akan hidup sekitar 5 miliar tahun lagi, ketika ia akan mendingin dan membengkak hingga mencapai tata surya hingga menelan planet-planet yang mengorbitnya, termasuk Bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com