Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Anak Mengalami Stunting dan Kapan Waktu Terbaik Mencegahnya?

Kompas.com - 18/04/2023, 20:45 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Stunting masih terus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Hal ini banyak dibicarakan karena dampak buruk dari stunting pada anak cukup banyak. Misalnya saja dampak pada fungsi kognitif, sistem imun, dan lain sebagainya.

Baca juga: Konsumsi Makanan Sumber Protein Hewani untuk Mencegah Stunting

Stunting adalah...

Stunting sendiri mernurut definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah balita berperawakan pendek dengan panjang atau tinggi badan menurut usia di bawah -2 SD pada grafik pertumbuhan WHO akibat kekurangan gizi kronik.

Artinya, stunting tidak hanya anak dengan perawakan pendek tapi juga kekurangan gizi berkepanjangan. Saat anak mengalami kekurangan gizi terus-terusan tentu akan berpengaruh pada perkembangan daya pikir, sistem imun yang lemah, dan lain-lain.

Dalam sesi tanya jawab dengan redaksi Kompas.com, Rabu (5/4/2023) dengan Prof. Dr. Damayanti Syarif, Ketua Satgas Stunting IDAI menjelaskan bahwa tidak semua anak pendek pasti mengalami stunting.

"Hanya anak pendek yang disebabkan kekurangan gizi kronik atau berulang yang disebut stunting," kata Damayanti.

"Biasanya, lahir itu anak ini tinggi badannya normal. Kalaupun tidak normal, itu masuk yang harus diperbaiki sebelum masa kehamilan," sambungnya.

Damayanti juga menjelaskan pentingnya penanganan stunting terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia di masa mendatang.

Kok bisa seorang anak mengalami kekurangan gizi kronik?

Salah satu mitos yang berkembang mengenai stunting adalah kondisi ini erat kaitannya dengan kemiskinan. Namun benarkah demikian?

Damayanti menyebutkan sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan seorang anak mengalami kekurangan gizi kronik atau berulang.

Baca juga: Anak Stunting, Apakah Pertumbuhannya Bisa Diperbaiki?

"Kekurangan gizi itu bisa dua sebab, karena asupan yang gak cukup atau kebutuhan gizi yang meningkat," kata Damayanti.

"Kalau asupan (gizi) yang tidak cukup; itu termasuk di dalamnya kemiskinan, penelantaran, dan ketidaktahuan" tambahnya.

Masing-masing masalah di atas memiliki solusi yang berbeda. Misalnya saja, ketidaktahuan bisa diatasi dengan edukasi tentang nutrisi yang berbasis bukti ilmiah.

Lalu apa yang dimaksud dengan kebutuhan gizi anak meningkat?

"Kebutuhan gizi meningkat, apa itu? sering sakit," ucap Damayanti.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com