Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gatal karena Kulit Kering, Apakah Pruritus Menular?

Kompas.com - 09/11/2022, 12:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pruritus kerap dialami orang lanjut usia (lansia). Dalam bahasa awam, pruritus lebih dikenal dengan istilah “gatal” yang didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit, yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.

Salah satu penyebab utama pruritus pada lansia adalah kulit kering. Masalahnya, kondisi kulit kering seringkali diabaikan dan beranggapan bahwa kulit kering bisa hilang hanya dengan mengoleskan losion pelembab.

Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi. Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mengetahui tatalaksana yang paling tepat untuk menyembuhkan kulit kering.

Baca juga: Apa Itu Pruritus, Kondisi Kulit yang Sering Dialami Lansia?

Faktor risiko pruritus pada lansia bukan hanya karena usia, tapi seseorang juga bisa lebih berisiko mengalami pruritus jika memiliki alergi, memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes; sedang hamil; ataupun mereka yang sedang menjalani dialisis.

Lalu, apakah pruritus menular?

Dijelaskan dr. Yustin Sumito, Sp.KK, Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia, secara umum pruritus sebenarnya bisa dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari.

Ia mengatakan, pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.

Oleh sebab itu, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan untuk lansia yang mengalami pruritus.

Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis (menanyakan riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh.

Baca juga: 4 Penyebab Pruritus pada Lansia yang Tak Boleh Diabaikan

Komplikasi Pruritus

Jika tak segera diobati, kondisi pruritus bisa semakin parah dan jika berlangsung lebih dari enam minggu (pruritus kronis), maka bukan tidak mungkin dapat memengaruhi kualitas hidup.

Pruritus bisa mengganggu tidur atau menyebabkan kecemasan hingga depresi. Gatal dan garukan yang berkepanjangan justru dapat meningkatkan intensitas gatal, dan sangat mungkin menyebabkan cedera kulit, infeksi, hingga meninggalkan bekas permanen.

Komplikasi lain dari pruritus termasuk lichen simplex chronicus, nodul prurigo, dan ekskoriasi (yang dapat menjadi infeksi sekunder)

Derajat keparahan gatal ada pada skala 1-10. Bila derajat keparahan di atas 6, gatal dirasakan hingga pasien terbangun dari tidur, maka sudah terjadi gangguan kualitas hidup secara bermakna, sehingga tatalaksana agresif dibutuhkan.

Pengobatan pruritus

Tatalaksana pertama yang dilakukan tentu dengan menjaga kelembaban kulit. Misalnya dengan metode soak-and-smear (rendam kulit selama 10-20 menit di dalam air) dan metode wet wraps (perban atau kain basah yang dibalut dengan krim tertentu).

Namun perlu diingat, bahwa pengobatan pruritus yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembab.

Oleh sebab itu, jika masih belum sembuh dan kulit kering berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, maka pengobatan dari dokter spesialis kulit tentu diperlukan.

Umumnya dokter akan mencari tahu penyebab yang mendasari dan mengobati pruritus berdasarkan penyebabnya.

Baca juga: Telapak Tangan Gatal Bisa Jadi Tanda Penyakit, Bukan karena Mau Dapat Uang

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com