KECERDASAN intelektual (IQ) menjadi terdakwa. Bahwa pengaruh IQ terhadap kesuksesan manusia hanya pada angka dua puluh persen. Mayoritas, yaitu delapan puluh persen ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ).
Itu menurut Daniel Goleman, penulis buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ, yang terbit tahun 1995.
Sejak itu orang berlomba-lomba memperkuat EQ agar lebih sukses dalam hidupnya. Apalagi IQ banyak dipengaruhi genetik sehingga lebih susah untuk diperbaiki dibanding dengan EQ yang bisa dipelajari dan dipraktikkan dalam hidup sehari-hari.
Pendapat Daniel Goleman yang berbasis pada kajian ilmiah dengan data-data pendukung nan sahih, dalam banyak hal benar adanya.
Namun menjadi tidak mutlak ketika dua tahun berikut, Paul Stoltz menulis magnus opus Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities.
Adversity quotient (AQ) adalah kapasitas seseorang menghadapi kesulitan hidupnya. Semakin seseorang berhasil mengatasi kesulitan, semakin terbuka peluang untuk sukses dalam hidupnya.
Dalam bahasa lain, Stoltz menyimpulkan bahwa kesuksesan seseorang dalam hidup apabila ia memiliki AQ tinggi.
Dalam dua dekade terakhir kehidupan keagamaan di Indonesia begitu marak. Hampir semua aspek kehidupan berkelindan dengan agama.
Semangat beragama nan tinggi di Indonesia akhirnya berujung pada pendapat bahwa mempertebal kecerdasan spiritual (SQ) itu dasar menuju sukses.
Tidak peduli berapapun tinggi nilai IQ, lebih penting adalah mempelajari SQ dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di antara empat kecerdasan ini -IQ, EQ, AQ, SQ- berbasis pendapat berbagai pakar, kecerdasan intelektual selalu berada pada nomer buncit untuk dijadikan pijakan kesuksesan hidup.
Kemampuan bernalar, keterampilan memecahkan masalah serta kompetensi berimajinasi dan berinovasi yang merupakan anak kandung IQ akhirnya menjadi pilihan paling ujung untuk ditumbuh-kembangkan.
World Population Review pada akhir September 2022, mengeluarkan rilis tentang rata-rata kecerdasan intelektual yang dimiliki penduduk suatu negara. Lagi-lagi, Indonesia terpaksa menelan pil pahit dari hasil penelitian ini.
Dari 199 negara yang diteliti, posisi Indonesia ada para peringkat 130.
Untuk kawasan Asia Tenggara, hasilnya memilukan. Dengan IQ rata-rata 78,49, menempatkan Indonesia pada posisi paling bawah dibanding negara Asean lainnya.