Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Manfaat Bunga Teratai untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Gula Darah

Kompas.com - 25/08/2022, 16:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Bunga teratai (Nelumbo nucifera) adalah tanaman air yang banyak dibudidayakan di Asia.

Bunga teratai berbentuk seperti mangkuk dengan kelopak dan daun hijau. Bunganya bisa berwarna putih, merah muda, merah, atau biru.

Di Asia, tanaman teratai telah digunakan sebagai bahan pangan selama 7.000 tahun. 

Batang dan akar teratai sering ditambahkan ke sup dan tumisan, sementara daun, bunga, dan bijinya juga digunakan dalam masakan.

Selain itu, batang, biji, daun, dan bunga teratai juga telah lama digunakan sebagai obat tradisional.

Baca juga: Spesies Baru Bunga Teratai Air Raksasa Ini Terbesar di Dunia

Biasanya, bunga teratai digunakan untuk mengobati diare, infeksi, batuk, tekanan darah tinggi, dan demam.

Manfaat bunga teratai

Dilansir dari Healthline, berikut adalah 4 manfaat bunga teratai untuk kesehatan.

1. Bunga teratai memiliki sifat antioksidan

Tanaman teratai banyak mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid yang dapat berperan sebagai antioksidan.

Antioksidan membantu menetralkan molekul reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas. 

Jika radikal bebas menumpuk di tubuh, ini dapat menyebabkan stres oksidatif, yang merusak sel dan berkontribusi pada perkembangan penyakit.

Baca juga: Liontin Bunga Teratai dari Era Ratu Mesir Nefertiti Ditemukan di Siprus

Beberapa senyawa antioksidan dalam teratai adalah kaempferol, katekin, asam klorogenat, dan quercetin. 

Aktivitas antioksidan teratai tampaknya paling terkonsentrasi pada biji dan daunnya.

Meskipun penelitian tentang efek kesehatan bagi manusia dari mengonsumsi lotus masih terbatas, diperkirakan senyawa antioksidan ini dapat melindungi dari penyakit yang berasal dari stres oksidatif.

Ilustrasi bunga teratai.PIXABAY/YKAIAVU Ilustrasi bunga teratai.

2. Bunga teratai dapat melawan peradangan

Senyawa dalam teratai mungkin juga memiliki sifat anti-inflamasi. Peradangan kronis dapat terjadi akibat infeksi jangka panjang, paparan zat berbahaya, pola makan yang buruk, merokok, dan kurang olahraga. 

Proses inflamasi dalam tubuh melibatkan sel-sel yang dikenal sebagai makrofag. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com