Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Boleh Asal Olahraga, Ini Latihan Fisik Terbaik untuk Atasi Obesitas

Kompas.com - 01/04/2022, 10:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan dan akumulasi lemak yang dapat menganggu kesehatan.

Obesitas dapat menyebabkan gangguan metabolik, mekanik, dan mental seperti gangguan tidur, penyakit kardiovaskular, depresi, kecemasan, asma, perlemakan hati, batu empedu, nyeri pinggang bawah, penyakit jantung koroner, diabetes, asam urat, hingga infertilitas.

Selain diet, aktif secara fisik dipastikan dapat mencegah kelebihan berat badan dan obesitas. Namun, bentuk latihan tertentu kemungkinan memiliki dampak yang lebih besar pada komposisi tubuh.

“Yang dianjurkan adalah intensitas sedang dan sekitar 40 menit,” ujar dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Anita Suryani, Sp.KO dalam webinar yang diadakan Novo Nordisk Indonesia, Rabu (30/3/2022).

Minimalnya, aktivitas fisik dapat dilakukan selama 30 menit setiap hari atau 150 menit per minggu. Salah satu aktivitas fisik yang bisa jadi pilihan adalah berjalan kaki minimal 10.000 langkah per hari.

Baca juga: Obesitas Berdampak Buruk pada Kesehatan, Begini Cara Mencegahnya

Latihan fisik untuk orang dengan obesitas

Latihan fisik disesuaikan dengan denyut nadi maksimal menurut usia, kemudian dinaikkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat mengikuti prinsip latihan baik, benar, teratur, dan terukur.

Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan meliputi:

  • Aerobik, seperti naik sepeda, jogging, renang, dan golf
  • Anaerobik, seperti senam pernapasan, karate, lompat tinggi, dan angkat berat, dengan frekuensi 3-5 kali seminggu dan durasi 40-60 menit.

Anita menegaskan, olahraga untuk pasien obesitas berbeda dengan orang berat badan normal, dan harus tepat sasaran.

“Olahraga obesitas itu untuk mengurangi massa lemak,” ujarnya.

Olahraga untuk pasien obesitas, lanjut Anita, bukan yang berat atau dengan intensitas tinggi yang membuat pelakunya kekurangan oksigen atau ngos-ngosan.

“Selama olahraga (pasien) masih bisa napas, karena tetap butuh oksigen untuk membakar lemak. Prinsipnya start slow go slow,” kata dia.

Ditekankan Anita, penderita obesitas tidak boleh menurunkan berat badan secara instant. Olahraga yang dilakukan harus bertujuan meningkatkan kebugaran tubuh.

“(Kalau kebugaran meningkat) badan enggak manja, enggak gampang lelah,” tuturnya.

Baca juga: Waspada Obesitas Banyak Dialami Orang Usia Muda, Ini Penjelasannya

Selain latihan fisik, diet juga memegang peranan penting untuk mencegah maupun mengatasi obesitas.

Umumnya diet yang biasa dilakukan untuk menurunkan berat badan, berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.

Namun sebenarnya bukan hanya sekadar mengatur berapa banyak yang harus dikonsumsi, melainkan juga harus diperhatikan apa yang dikonsumsi.

Dalam kondisi tertentu, pasien obesitas mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim profesional kesehatan, termasuk ahli diet, psikolog atau psikiater, atau tim profesional perawatan kesehatan lain, untuk membantu memahami dan membuat perubahan dalam pola makan dan aktivitas sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com