KOMPAS.com - Gempa 6,6 magnitudo yang mengguncang wilayah Banten, Jawa Barat pada Jumat (14/1/2022) sore, terasa di beberapa wilayah lain seperti Bogor, Jakarta, dan Bandung.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan bahwa hingga Sabtu (15/1/2022) pukul 09.50 WIB, terdapat 32 kali aktivitas gempa susulan atau aftershock yang terjadi setelah gempa utama tersebut.
“Magnitudo (gempa susulan) terbesar 5,7 dan magnitudo terkecil adalah 2,5,” kata Daryono.
Ia menjelaskan, semua gempa kuat biasanya akan diikuti serangkaian gempa susulan.
Hanya saja, karakter geologi-tektonik di sumber gempa bumi dapat menyebabkan sebuah gempa dapat memiliki banyak atau sedikit gempa susulannya.
Baca juga: Kenapa Gempa Banten Terasa hingga Jakarta dan Lampung? Ini Kata Ahli
Pusat gempa Banten berada di laut pada jarak 132 jm arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, atau juga disebut gempa Selat Sunda.
Selat Sunda merupakan salah satu zona seismic gap di Indonesia yang patut diwaspadai terkait potensi terjadinya gempa kuat.
Gempa yang terjadi ini disebut sebagai intraslab earthquake, karena hiposenternya berada di dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Selat Sunda.
Terkait gempa di Banten, ciri dari gempa intraslab yaitu mampu meradiasikan ground motion yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain.
Baca juga: Gempa Banten Disebut Gempa Megathrust Jawa, Apa Itu?