KOMPAS.com - Gempa tektonik berkekuatan 6,7 magnitudo yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,6 magnitudo mengguncang wilayah Banten pada Jumat (14/1/2022) sore.
Guncangan gempa terasa kuat selama 2-4 detik dan dilaporkan menyebabkan kerusakan di berbagai daerah.
Berikut sejumlah fakta mengenai gempa Banten:
Gempa yang terjadi berpusat di 52 km barat daya Sumur Banten, tepatnya berada pada 7,21 derajat LS dan 105,05 derajat BT.
Pusat gempa berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami.
Hasil monitoring BMKG terhadap gempa susulan Selat Sunda atau gempa Banten hingga Sabtu (15/1/2022) pukul 06.00 WIB terjadi sebanyak 29 kali.
Baca juga: Gempa Hari Ini M 6,7 Guncang Banten, Sudah 2 Kali Gempa Susulan
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, gempa Banten atau Selat Sunda yang terjadi jenisnya mirip dengan gempa selatan Jawa Timur 6,1 magnitudo pada 10 April 2021, yang juga destruktif.
"Sama-sama gempa intraslab, gempa dengan sumber di dalam lempeng," tulis Daryono.
Hal ini dikarenakan, hiposenter gempa jika diplot berada di dalam lempeng Indo-Australia, yang tersubduksi di bawah Selat Sunda-Banten.
Ground motion gempa lebih besar atau lebih kuat dari gempa sekelasnya, untuk sumber lain.
"Gempa ini miskin susulan, ini adalah ciri khas deformasi plate oseanik," papar dia.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca juga: BMKG Menyisir Sesar Opak untuk Mitigasi Potensi Gempa di Yogyakarta
Guncangan gempa tak hanya terasa di Banten. Beberapa daerah lain turut merasakan goyangan dari gempa bumi tektonik yang terjadi, seperti
Baca juga: Gempa Terkini: 5 Fakta Dua Gempa Halmahera Utara
Melansir pemberitaan sebelumnya, Chairman Sentinel Asia Tsunami Working Abdul Muhari pada 2018 lalu telah menjelaskan potensi gempa Jakarta bukanlah terjadi akibat sumber gempa atau sesar aktif di bawah Jakarta atau yang melewati Jakarta.