Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Warga Lakukan Joki Vaksin Covid-19, Apa Bahayanya bagi Tubuh?

Kompas.com - 07/01/2022, 19:15 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang joki vaksin Covid-19 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan akhirnya ditangkap polisi.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (6/1/2022) joki vaksin berinisial G itu diketahui menggantikan orang lain setelah petugas Puskesmas Terminal, Kecamatan Banjarmasin Timur memeriksa identitas dirinya.

Ketika petugas memeriksa kartu identitasnya, foto yang tertera tidak sesuai dengan dirinya. G mengaku, rela menerima vaksin Covid-19 karena tuntutan ekonomi.

Fenomena joki vaksin bukan pertama kali terjadi, baru-baru ini ibu rumah tangga di Kota Semarang berinisial DS pun ketahuan menjadi joki vaksin dengan bayaran sebesar Rp. 500.000.

Namun, peristiwa ini berhasil digagalkan pihak puskesmas dan kepolisian karena identitas penerima vaksin yang berbeda.

Baca juga: Pria di Pinrang Mengaku Disuntik Vaksin 16 Kali, Ini Kata Pakar

Maraknya joki vaksin tak lepas dari sosok yang pernah viral di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Pria bernama Abdul Rohim itu mengaku sudah disuntik vaksin sebanyak 16 kali.

Dia pun mengklaim, selama menjadi joki vaksin bayaran yang diterimanya mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 800.000 per satu kali suntik.

Efeknya bagi tubuh

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, bahwa sejauh ini belum ada riset berisi informasi yang cukup tentang dampak dari menerima banyak dosis vaksin Covid-19.

"Yang jelas, dampak atau bahaya sejauh ini tidak ada, tapi ini (joki vaksin) membantah anggapan-anggapan bahwa vaksin berbahaya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/1/2022).

"Sebenarnya juga tidak ada manfaat yang berlebih juga, jadi tidak membuat dia jadi super kuat. Tidak ada data yang bisa membuktikan itu," tambahnya.

Akan tetapi, Dicky berkata fenomena joki vaksin justru menempatkan masyarakat dalam posisi berbahaya. Artinya, orang yang menggunakan jasa joki vaksin tidak memiliki kekebalan untuk melawan virus corona.

"Tidak memiliki imunitas dalam situasi saat ini buruk, karena dia bisa menjadi inang, sarang untuk virus ini bereplikasi yang menghasilkan satu varian baru yang lebih mengerikan," papar Dicky.

Kemudian, dia juga menerangkan jika dilihat dari Kejadian Ikut Pasca Imunisasi (KIPI) Covid-19, dampak yang ditimbulkan dari pemberian vaksin tidak terlalu berbahaya.

"Sebetulnya dia jadi saksi hidup bahwa vaksin tidak berbahaya, dia juga jadi saksi bahwa vaksin tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan atau (efek) parah lainnya," imbuhnya.

Baca juga: Vaksin Booster Indonesia, Satgas Covid-19 Ungkap Uji Klinis Tidak Ada KIPI Berat

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com