KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, banyak penyakit lain yang kerap diabaikan oleh kita. Salah satunya adalah demam tifoid yang biasa disebut dengan tipes.
Demam tifoid adalah infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam, dr Suzy Maria, Sp.PD-KAI dalam Peluncuran Kampanye #SantapAman yang digelar Sanofi Pasteur Indonesia, Kamis (11/11/2021).
"Kasus demam tifoid ini memang endemik di Indonesia, dan penyakit ini juga ada di seluruh dunia. Kejadiannya bisa terjadi sepanjang tahun tidak dipengaruhi musim. Di Indonesia kurang lebih 51 sampai 148 dari 100.000 orang per tahun itu terkena penyakit ini," paparnya.
Lebih lanjut, dia menyebut penyakit tifoid juga bisa berisiko fatal hingga menyebabkan kematian jika tidak tertangani dengan baik.
Baca juga: Jangan Salah Lagi, Tipes atau Demam Tifoid Bukanlah Penyakit Tifus
"Kalau kita memang mengetahui bahwa yang namanya makanan nggak mungkin steril, kalo steril alat-alat di rumah sakit. Kalau yang namanya makanan, minuman itu wajar bisa terkontaminasi baik bakteri ataupun virus yang kalo dimakan bisa menjadi penyakit," ujar Suzy.
Suzy menyebut, kemajuan teknologi berkontribusi dalam penyebaran penyakit menular melalui makanan atau food borne disease yang menyebabkan penyakit tifoid.
"Karena kita jarang keluar rumah, mostly kita akhirnya jadi Work From Home (WFH). Sambil meeting sambil makan, jadi kondisi WFH ini semakin memberikan kita peluang makan sebanyak-banyaknya," tutur Suzy.
Makanan yang sudah terpapar bakteri kemungkinan besar akan disantap juga oleh keluarga. Artinya, risiko penyebaran penyakit di keluarga menjadi lebih tinggi.
Selain itu, pilihan makanan yang beragam dan tampilan menarik di aplikasi online juga sering kali menarik konsumen dalam memilih makanan yang dipesan.
Dokter Suzy menegaskan, tampilan yang menarik tidak menjamin makanannya higienis atau tidak terkontaminasi karena dalam setiap tahapan proses menyiapkan makanan ada peluang makanan menjadi terkontaminasi.
Risiko kontaminasi bisa terjadi pada saat tahapan proses pengelolaan makanan, antara lain saat pemilihan bahan baku, proses memasak, penyiapan makanan, pengepakan, penyimpanan, hingga pengiriman makanan.
"Baik itu makanan yang kita pesen dari restoran bintang 5 atau yang di pinggir jalan, semuanya berpotensi untuk terkontaminasi dan membawa penyakit untuk kita," lanjutnya.
Sementara itu, transmisi Salmonella typhi juga bisa disebabkan oleh pembawa (carrier) kronis yang mengontaminasi benda atau makanan, kemudian makanan yang sudah terpapar itu dikonsumsi orang lain. Maka penyakit ini dapat menginfeksi orang tersebut.
Menurut Suzy, gejala demam tifoid atau tipes sangat bervariasi. Ada yang tanpa gejala, gejala ringan, gejala berat, bahkan jika tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Gejala tipes secara umum meliputi:
Baca juga: 4 Penyakit yang Berpotensi Meningkat Saat Musim Hujan
"Kalau seandainya sampai terjadi komplikasi berat, bisa menyebabkan bocor di ususnya. Atau bisa juga menyebabkan zat-zat racun sampai ke otak, orangnya jadi nggak sadar (pingsan)," pungkasnya.
Namun, sebagian besar penyakit demam tifoid bisa sembuh total jika diobati dengan antibiotik yang benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.